Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Zat Besi Untuk Tameng Ibu Hamil

Status defesiensi zat besi pada ibu hamil bisa berpengaruh pada janin dan perkembangan bayinya, meskipun bukan penyakit genetic.
Bedasarkan data WHO, 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Anemia defesiensi besi (ADB) merupakan anemia gizi yang kasusnya masih cukup tinggi di masyarakat, terutama pada ibu hamil.
Berdasarkan berbagai hasil penelitian disimpulkan, secara garis besar ADB disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin, kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil, pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan, dan rendahnya cadangan zat besi akibat persalian sebelumnya serta menstruasi.
Kebutuhan zat besi pada ibu hamil akan meningkat. Selain dibutuhkan untuk membentuk hemoglobin, zat besi juga dibutuhkan untuk pertumbuhan Janin dan placenta. Kebutuhan besi terutama meningkat pada kehamilan pada kehamilan trimester II dan III. Kebutuhan ibu selama hamil adalah 800mg, zat besi 300mg untuk janin placenta dan 500mg untuk pertambahan eritrosit ibu.
Dengan demikian, ibu membutuhkan tambahan sekita 2-3mg zat besi sehari. Resiko kekurangan zat besi semakin meningkat, jika tejadi mual-muntah di awal kehamilan, jarak kehamilan yang berdekatan, hamil kembar dan kurang zat besi sebelum hamil
Pada masa kehamilan, volume  darah meningkat, yang dikenal dengan istilah hiperemia atu hiper volemia. Kondisi ini menyebabkan terjadinyan pengenceran  darah, karena jumlah sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah. Perbandingan tesebut adalah  plasma darah bertambah sekitar 30% , sel-sel darah bertambah 18%, dan hemoglobin bertambah 19%. Secara fisiologis, pengenceran darah ini bemanfaat membantu meringankan kerja jantung dan mencegah terjadinya preeklamsia (Tekanan darah tinggi pada kehamilan). 
Anemia bukan merupakan penyakit keturunan, melainkan penyakit yang diteruskan. Dalam arti, bila ibu hamil mengalami ADB, kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang juga anemia. Terlebih lagi, bila dalam perkembangannya pasca dilahirkan, si kecil kurang mendapatkan perbaikan nutrisi.
Anemia pada kehamilan berpotensi membahayakan ibu semasa kehamilan, persalinan, dan nifas. Juga terhadap perkembangan sang bayi. Pada masa kehamilan bisa menyebabkan terjadinya abortus (keguguran), hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah infeksi, mual-muntah, perdarahan dan ketuban pecah, sedangkan pada masa persalinan dapat menyebabkan persalinan premature.
Jika anemia yang diderita cukup berat dengan kadar hemoglobin 6 atau kurang disebut anemia gravis, dan kondisi sepeti ini dibutuhnkan tranfusi darah. Pada saat persalinan kondisi anemia dapat menyebabkan gangguan kekuatan mengejan. Sangat mungkin persalinan berlangsung lama dan melelahkan .
Rendahnya HB dapat mengakibatkan hipoksia, sehingga menyebabkan syok bahkan kematian ibu pada saat persalinan, meskipun tidak disertai perdarahan. Pada saat nifaspun masih bisa menimbulkan masalah  Diantaranya perdarahan paska melahirkan, rentan terhadap infeksi dan produksi ASI berkurang.
Anemia pada kehamilan mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan janin, baik sel tubuh maupun otak, kematian janin, abortus, kelahiran premature, cacat bawaan, BBLR (Berat badan lahir rendah), anemia pada bayi yang dilahirkan, dan rentan infeksi. Jadi jika tidak diperbaiki status nutrisinya. Anak yang dilahirkan dari ibu anemia akan bepotensi memiliki intelegensi yang rendah.
Pada wanita hamil sering mengalami gejala mirip anemia: pucat, lemah, letih, lesu dan pusing. Pada anemia ringan, terkadang tidak menimbulkan gejala sama sekali. Oleh karena itu wanita hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah rutin selama pengawasan sebelum melahirkan, baik dengan gejala anemia maupun tidak.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama, dan sekali lagi pada triwulan akhir. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada 3 bulan terakhir, karena pada masa itu janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri, sebagai persediaan bulan pertama pasca dilahirkan.
Pada kondisi tertentu, sulit memenuhi kebutuhan zat besi hanya dari diet. Ibu Hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen zat besi, sebagai langkah pencegahan ADB pada kehamilan. Umumnya dokter akan memberikan tablet penambah darah yang mengandung besi sulfat dan asam folat yang harus dikonsumsi setiap hari selama masa kehamilan. Namun terkadang, pemberian tablet penambah darah tidak cukup untuk mengejar pemenuhan kebutuhan zat besi, jika sebelumnya si ibu sudah menderita anemia.
Pada kondisi tersebut, janin yang berkembang pesat tidak dapat tercukupi zat besinya hanya melalui pemberian tablet penambah darah. Karena itu status nutrisinya perlu diperhatikan.     

0 komentar:

Posting Komentar