Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Perkembangan Islam di Thailand



Hampir terdapat umat Islam di seluruh Negara di kawasan Asia Tenggara. Di Thailand, negeri yang mayoritasnya beragama Budha, terdapat kurang lebih 6,5 juta umat Islam, atau 10% dari seluruh populasi penduduk Thailand yang berjumlah 65 juta orang. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Dengan jumlah umat yang menjadi minoritas ini, walau menjadi agama ke-dua terbesar setelah Bhuda, umat Islam Thailand sering mendapat serangan dari umat Bhuda (umat Budha garis keras), intimidasi, bahkan pembunuhan masal.

 Sejarah Masuknya Islam di Thailand

Ada beberapa teori tentang masuknya Islam di Thailand. Di antaranya ada yang mengatakan Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10 melalui para pedagang dari Arab. Dan ada pula yang mengatakan Islam masuk ke Thailand melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Jika kita melihat peta Thailand, kita akan mendapatkan daerah-daerah yang berpenduduk muslim berada persis di sebelah Negara-negara melayu, khususnya Malaysia. Hal ini sangat berkaitan erat dengan sejarah masuknya Islam di Thailand, “jika dikatakan masuk”. Karena kenyataanya dalam sejarah, Islam bukan masuk Thailand, tapi lebih dulu ada sebelum Kerajaan ThailandThai Kingdom berdiri pada abad ke-9.
Islam berada di daerah yang sekarang menjadi bagian Thailand Selatan sejak awal mula penyebaran Islam dari jazirah Arab. Hal ini bisa kita lihat dari fakta sejarah, seperti lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand. Dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi bukti bahwa Islam sudah ada lebih dulu sebelum Kerajaan Thai.
Dan lebih dari itu, penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan suatu kesatuan dakwah Islam dari Arab, masa khilafah Umar Bin Khattab” (teori arab). Entah daerah mana yang lebih dahulu didatangi oleh utusan dakwah dari Arab. Akan tetapi secara historis, Islam sudah menyebar di beberapa kawasan Asia Tenggara sejak lama, di Malakka, Aceh (Nusantara), serta Malayan Peninsula termasuk daerah melayu yang berada di daerah Siam (Thailand).

Agama–agama Di Thailand
Seperti yang kita ketahui, Budha adalah agama terbesar di Thailand, karena resmi menjadi agama kerajaan. Kehidupan Bhuda telah mewarnai hampir seluruh sisi kehidupan di Thailand, dalam pemerintahan (kerajaan), sistem dan kurikulum pendidikan, hukum, dan lain sebagainya. Namun, Selain agama Bhuda, di Thailand juga terdapat agama-agama lain. Di antaranya yang pemakalah ketahui adalah Islam, Kristen, Confucius, Hindu, dan Sikh.
Islam, sedikitnya sudah dibahas di atas. Tapi akan pemakalah tambahkan mengenai sikap masyarakat non-muslim (pemerintah) terhadap agama Islam. Dalam sebuah website Thailand untuk promosi wisata, keberagaman agama diangkat menjadi komoditi untuk “dijual” kepada masyarakat dunia.  Nampaknya isu pluralisme juga berkembang di Thailand. Hal ini bisa kita lihat dari cara pandang beberapa kalangan tentang keberagaman agama di Thailand.
Pemerintah, dalam hal ini kerajaan, memberi kesempatan bagi warga muslim untuk beribadah dan menganut kepercayaan masing-masing. Bahkan, Raja Thailand juga menghadiri perayaan acara dan hari-hari penting dalam Islam. Kabar baiknya, pemerintah membantu penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa Thai, juga membolehkan warga muslim mendirikan masjid dan sekolah muslim. Kurang lebih tercatat terdapat 2000 masjid (100 masjid berada di Bangkok) dan 200 sekolah muslim di Thailand. Umat islam di Thailand bebas mengadakan pendidikan dan acara-acara keagamaan.
Kristen, agama ini dikenalkan pertama kali ke Thailand oleh misionaris dari Eropa pada abad ke-16 dan ke-17. Kristen Katolik pertama datang ke Thailand disusul oleh Kristen Protestan, bahkan beberapa sekte juga berkembang di sana, seperti Advent. Umat Kristen Thailand pada umumnya adalah imigran dari Cina. Sedangkan warga pribumi “siam” hanya sedikit yang berpindah agama dari Budha ke Kristen. Justru yang terjadi adalah seorang siam beragama Kristen tapi tetap menyembah Sang Budha.
Kongfusius, agak sama dengan Kristen. Agama ini dianut oleh imigran dari Cina. Karena agama ini bersifat ajaran-ajaran filsafat hidup dan etika Cina kuno. Maka, pemeluknya pun kadang beragama Kristen, berajaran kongfusius, dan yang keturunan pribumi tetap menyembah Sang Budha.
Hindu, hampir 20.000 orang India menetap di Thailand. Jumlah mereka terbagi menjadi dua, Hindu dan Sikh. Umat Hindu berpusat di Bangkok. Mereka beribadah di pure-pure. Mereka juga menjalankan pendidikan sendiri, akan tetapi sistem pendidikannya didasarkan pada sistem pendidikan nasional Thailand.
Sikh, agama Sikh juga berpusat di Bangkok. Terbagi menjadi dua kelompok dan beribadah di pure yang berbeda juga. Secara bersama, mereka mendirikan sekolah-sekolah gratis untuk anak-anak miskin.
Secara garis besar, Kerajaan menjamin sepenuhnya keberagaman agama di Negeri Gajah Putih ini. Dengan catatan dalam satu kesatuan nasionalisme “Siam”. Jadi, yang keluar dari nasionalisme atau dianggap keluar maka akan berurusan dengan kerajaan. Seperti yang terjadi pada warga muslim, ada yang diserang militer, bahkan dibunuh.

Hubungan Islam dengan Pemerintah, khususnya bidang pendidikan
Dalam majalah Hidayatullah edisi Juli 2009, terdapat sebuah laporan yang bertajuk “Thailand Rayu Warga Muslim Agar Tidak Pisahkan Diri”. Laporan itu menyebutkan bahwa Thailand berencana akan menambah hak otonomi dan mempertimbangkan untuk memperluas penerapan hukum syariah di propinsi-propinsi Muslim yang berbatasan dengan Malaysia, demikian dikatakan oleh Abhisit.
Dari pernyataan Abishit, kita bisa memahami bahwa Pemerintah sedang berusaha merangkul warga muslim yang berada di beberapa propinsi agar tidak bercerai dengan kerajaan Thailand. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Abishit terhadap masyarakat muslim Thailand. Dia menyatakan bahwa pemerintahnya “membuktikan” kepada rakyat di wilayah itu bahwa “tidak akan ada lagi ketidakadilan”. Lanjutnya, “Kita harus melakukan pendekatan ini dan harus bersabar. Kita tidak dapat mengubah persepsi yang sudah terbentuk atau kepercayaan yang hilang di masa tujuh atau delapan tahun ini hanya dalam waktu beberapa bulan saja.”
Ternyata Pemerintah memahami betul bahwa upaya pemerintah untuk menciptakan perdamaian dengan kekuatan militer tidak terlalu membuahkan hasil. Bahkan memperparah keadaan dan melahirkan gerakan perlawanan yang lainnya. Maka, untuk menciptakan perdamaian di Thailand selatan, pemerintah membuat terobosan baru, yakni dengan jalur pendidikan.
Dalam majalah Gatra bertanggal 2 September 2007, terdapat sebuah laporan yang menyebutkan upaya pemerintah dalam mendamaikan konfilk yang terjadi di Thailand Selatan. Dalam laporan disebutkan bahwa Perdana Menteri Surayud Chulanont, mengumumkan bahwa pemerintahnya akan memasukan pelajaran Agama Islam dalam sistem pendidikan di negara yang berpenduduk mayoritas Budha itu. “Saya telah menugaskan Departemen Luar Negeri untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Malaysia serta mempelajari jenis silabus pendidikan apa yang perlu diperbaiki untuk pendidikan dasar di negara kita,” kata Chulanont, dalam pernyataan, seperti dikutip kantor berita Thailand. Chulanont mengatakan pelajaran Agama Islam boleh diajarkan di sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi di provinsi-provinsi di bagian selatan untuk jangka panjang.

Perkembangan Pendidikan Islam di Thailand
Setelah mengalamai konflik yang berkepanjangan, akhirnya Islam di Thailand menemui titik kemajuan. Pastinya hal ini atas perjuangan panjang masyarakat muslim Thailand. Yang akhirnya pemerintah memperbolehkan warga muslim Thailand untuk menyelenggarakan pendidikan Islam. Kesempatan ini tidak dilewatkan oleh umat Islam untuk mengembangkan pendidikan Islam. Tercatat 200 lembaga pendidikan Islam dan 2000 masjid berdiri di Thailand. Bahkan beberapa dari 200 lembaga pendidikan itu menggunakan sistem pesantren yang sama persis di Indonesia. Itu artinya sistem pendidikan yang dipakai sama seperti di negeri berpenduduk  Islam lainya, seperti Indonesia dan Malaysia.
Sistem pendidikan Islam di Thailand ternyata tidak dilakukan di sekolah-sekolah dan pesantren saja. Proses pendidikan Islam di Thailand sudah mengalami perkembangan dan kemajuan. Hal itu bisa kita lihat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh beberapa lembaga Islam. Seperti pengajian bapak-bapak dan ibi-ibu, TPA/TKA dan kajian mingguan mahasiswa adalah beberapa kegiatan rutin yang diadakan mingguan. Masyarakat dan Pelajar Muslim Indonesia juga mengadakan silaturrahim bulanan dalam forum pengajianNgajikhun.  Acara ini dilaksanakan di berbagai wilayah di Thailand.
Tidak hanya itu saja. Program pengembangan pendidikan Islam di Thailand sudah mencapai level yang lebih dari sekedar nasional dan regional. Umat muslim Thailand bekerjasama dengan beberapa lembaga pendidikan Negara lain, baik yang nasional maupun internasional untuk mengadakan seminar internasional pendidikan Islam. Mereka mengirimkan kader-kadernya ke berbagai universitas dunia, seperti Al Azhar Mesir, Madinah. Dan juga beberapa universitas tanah air, seperti UII, UIN, dan lainnya. Termasuk juga mengirimkan putra-putra Thailand ke berbagai pesantren di Indonesia, termasuk Gontor.
Perjalanan masyarakat muslim Thailand dalam berdakwah boleh kita acungi jempol. Hidup dalam Negara yang mayoritas non-muslim sejatinya bukan hal yang mudah, penuh dengan cobaan, dicurigai, diintimidasi, diserang, bahkan dibunuh. Perjuangan yang mereka lakukan di bumi Thailand merupakan satu dari rentetan sejarah penyebaran Islam, dari zaman Rasulullah sampai akhir zaman nanti. Setelah perjuangan bertahun-tahun, akhirnya muslim Thailand menemui momentum yang menggembirakan, mencapai titik kemajuan dalam berdakwah, meskipun baru bisa kita bilang berhasil bertahan, mempertahankan agama Islam.
Namun, kemajuan yang didapat juga sangat luar biasa, yakni mendapat kepercayaan dari kerajaan yang notabene adalah umat Bhuda, untuk menyelenggarakan pendidikan Islam, bahkan belakangan kurikulum pendidikan Islam akan dimasukkan di sekolah-sekolah negri (mungkin sekarang sudah). Kemajuan ini tentunya bukan hal sepele dan mudah, tentunya bisa kita bayangkan perjuangan umat Islam di sana, dalam menghadapai masyarakat Bhuda dan Pemerintahnya. Jika kita bandingkan dengan Negeri kita Indonesia yang mayoritas muslim. Pendidikan Islam di lembaga pendidikan non-muslim masih diperdebatkan, padahal ada siswa-siswi muslim di lembaga pendidikan non-muslim, dan mereka mengikuti materi pendidikan agama yang tidak mereka anut.
Kemajuan dakwah Islam di Thailand lewat jalur pendidikan pastinya masih panjang, dan ini baru permulaan. Mereka pun tahu akan hal ini, maka mereka mengembangkannya, mengawalnya, dan menjaga perkembangan tersebut dari hal-hal yang bisa menghancurkan, dari dalam maupun luar, dari isu-isu pluralisme, terorisme, radikalisme, dan lain sebagainya yang selalu memojokkan Islam.
Usaha-usaha dalam mengembangkannya antara lain meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Thailand dengan mengirim kader-kader ke berbagai Negara Islam, mengadakan seminar-seminar pendidikan Islam, mengadakan kerjasama dalam bidang pendidikan Islam, dan lain sebagainya, serta yang paling penting tetap membina hubungan yang baik dengan Kerajaan. (MAYAra Geographic)

0 komentar:

Posting Komentar