Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

TingKi

TingKi merupakan sebuah singkatan dari Puting Laki-laki. Kenapa disini perlu dibedakan antara puting laki-laki dan perempuan ? Sebab memang dari segi kegunaan dan kemanfaatanya sangatlah jauh berbeda. Oleh karena itu dalam hal ini akan lebih banyak mengupas tentang puting laki-laki.
     Secara fisik tidak jauh berbeda memang antara putting laki-laki dengan puting perempuan, namun bila kita mau menelaah lebih jauh, sifat, fungsi, kegunaan, daya tarik, sangatlah jauh berbeda. Puting laki-laki dalam pribahasa Arab boleh dikatakan wujuduhu qa’adamihi (ada tidaknya, tidak memberikan pengaruh yang berarti secara manfaat). Puting laki-laki seakan hanyalah sebuah hiasan dada yang hanya menambah rasa percaya diri bila dilihat orang lain. Namun bila seorang laki-laki di dadanya tidak berputing, hanya akan memberikan kesan kurang pantas saja, sebab bila dilihat dari segi kemanfaatanya juga tidak ada. Karena kurang bermanfaat inilah akhirnya kaum laki-laki sering berlaku arogan dengan telanjang dada di muka umum. Walau sebenernya yang ditonjolkan adalah kebadangan dadanya, bukan kebaradaan ke dua putingnya.
                Mungkin analog seperti TingKi inilah keadaan lembaga DPR sekarang ini. Kalau ditiadakan bikin gak pantas sebab bisa disebut Negara kurang demokratis, sedang kalau ada kerjanya juga tidak jelas selain menghabiskan anggaran dari pajak rakyat. Dari system yang diberikan oleh Negara, DPR sebenarnya mempunyai fungsi anatara lain pengawasan, pengesahan, penyerapan aspirasi, penyaluran aspirasi. Namun dari fungsi yang telah diberikan oleh Negara ini tidak dipergunakan dengan baik sebagai lembaga wakil rakyat. Dirinya lebih mengedepankan sebagai wakil dari partai-partai yang saling mempunyai berbagai kepentingan.
                Banyak perilaku anggota lembaga ini yang arogan dengan menonjol-nonjolkan nama besar partainya atau nama pimpinan sebuah partai demi keuntungan sendiri. Sedikitpun kepentingan yang berbau rakyat tidak pernah tersentuh dengan serius. Hal ini sangat berbeda bila kepentingan tersebut ada dana dan uang yang bisa dipergunakan untuk alasan kegiatanya, pasti dengan giat dan getol akan menyuarakanya.  Belum lagi arogansi anggota lembaga ini yang jelas-jelas memuakan di ruang siding dengan berbagai polah tingkah yang sangat kekanak-kanakan, sebab hanya memperebutkan mainan dan bagianya yang kurang banyak.
                Baru-baru ini yang lagi mendapat sorotan halayak luas adalah ngotonya anggota DPR untuk membangun gedung baru yang jelas-jelas banyak mudlorotnya ketimbang manfaatnya. Dengan dana fantastis seperti itu dan kerjanya tidak menentu, sangatlah membuat risau siapa saja yang mendengarnya. Gedung yang sudah ada saja jarang ditempati dan didatangi, alias banyak mangkirnya, lha kok malah mau bikin gedung baru yang lebih mewah dan heboh harganya. Bisa dibayangkan mungkin kedepanya, gedung baru dengan ruangan mewah, fasiltas lengkap, gratis dan sangat rahasia seperti itu. Lha di ruang sidang saja bisa berselancar di dunia porno internet, mungkin orang seperti ini libidonya sudah sangat memuncak ingin orgasme namun mau pulang jauh. Kalau nantinya gedung yang direncanakan sudah jadi, mungkin para anggota dewan ini bisa menyimpan ayam satu-satu di ruang kerjanya masing-masing, walau hanya sekedar hiasan atau piaraan.
                Sebenarnya arogansi kebejatan demi kebejatan anggota lembaga ini sudah sangat merisaukan masyarakat sebagai pembayar pajak. Namun seperti halnya TingKi, mau dihilangkan tidak bisa namun kalau dibiarkan juga tidak ada manfaatnya. Kalau toh berani bertelanjang dada itupun yang disuarakan adalah kepentingan lembaganya, bukan kepentingan rakyat sekitar lembaga tersebut berada atau rakyat pada umumnya. Sudah tidak bisa dihitung dengan jari lagi, jumlah anggota lembaga ini masuk bui sebab korupsi secara berjamaah. Kalau korupsi secara berjamaah seperti ini jelas sudah direncanakan dengan matang dan masak, alias dilakukan dengan sadar bahwa uang rakyat tersebut mau dimaling setelah pension jadi anggota lembaga ini. Dirinya takut tidak bisa makan lagi setelah tidak menjadi anggota dewan. Kalau memang hal ini yang terjadi (korupsi berjamaah), maka yang pantas disandangnya adalah sebagai Anggota Hewan bukan lagi Anggota Dewan.

0 komentar:

Posting Komentar