Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Amerika Kok Begitu Ya?

Kaum mukminin-muslim harus mau belajar dengan tragedi yang melanda kawasan negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam. Atau, negara-negara Arab yang memiliki banyak tambang minyak bumi. Yang notabene tidak menjadi “satelit” pemerintah AS. Mengapa alfaqir gunakan pemerintah AS. Sebab, pemerintah AS tidak mewakili Cara Berpikir warga masyarakat AS.

Luar biasa keberhasilan pemerintah AS dengan kekuatan lobby yahudi internasional. Secara teori telah menampakkan hasilnya. Di mana negara-negara yang menjadi incaran pemerintah AS. Satu demi satu dibuat tidak berdaya dengan keterlibatan PBB dan NATO.
Pemerintah AS secara sembunyi tetap melakukan “teror internasional”, utamanya di negara-negara yang berbasis penduduk muslim. Didahulukan yang memiliki ladang-ladang minyak. Apa pun ditempuh. Termasuk menghalalkan cara. Korban itu di antaranya: Saddam Husen dan warga Irak. Terus, Mu’ammar Khadafi dan warga Libya.
Negara-negara Islam. Sebut saja negara-negara anggota OKI. Diam seribu bahasa. Apalagi Saudi dan Kuwait. Sangat diuntungkan dengan sepak terjang pemerintah Obama. Negara seperti: Libya, Mesir, Iran, Yaman, dan Tunisia. Dianggap negara-negara yang membuat tidur para raja dan pangeran di kedua negara tersebut “tidak nyaman”.
Jika mau teliti lagi cermat. Di dua negara tersebut. Para rajanya juga lama berkuasa dari keluarganya (Apa ada praktek demokrasi di Saudi Arabia dan Kuwait???) Jelas, rakyat di kedua negara tersebut, sudah banyak yang tidak suka dengan kelakuan para raja dan para pangeran. Namun harmonisnya hubungan kedua negara itu dengan paman sam. Jadinya, ya aman-aman saja. Tidak demikian dengan: Irak, Iran, Libya, Mesir, Tunisia, dan Yaman. Negara-negara ini tidak menguntungkan “kebijakan” luar negeri pemerintah AS.
Maka, pemerintah AS berusaha sekuat tenaga untuk  menaklukkan negara-negara tersebut. Lalu, muncullah kebohongan-kebohongan internasional. Yang acapkali kebohongan itu mengatasnamakan “Bantuan Kemanusiaan”.
Benarkah ideologi Barat, dalam hal ini pemerintah AS yang murni kapitalisme itu masih memiliki “rasa kemanusiaan”??? Ini pertanyaan besar yang sah dialamatkan kepada pemerintah AS dan negara-negara sekutunya.
Dalam kasus Libya. Benarkah pemerintah AS, PBB, dan NATO menyayangi warga negara Libya yang mayoritas muslim. Yang juga pernah dialami warga Irak. Bahkan, warga Irak masih dibuat menderita hingga detik ini (11 April 2011, red). Sementara, mereka beragama lain? Benarkah mereka menyayangi masyarakat Arab yang notabene muslim?
Sebuah lelucon yang sangat menggelikan, Jika pemerintah AS, PBB, dan NATO. Konon membela kaum opisisi yang ada di Libya. Sayang mereka yang bertikai antar saudara tersebut tidak paham jika diadu domba.
Ini pelajaran berharga buat bangsa Indonesia. Yang setelah memasuki era reformasi. Yang konon menuju demokrasi. Semakin terasa. Semakin hari bangsa dan negara Indonesia kehilangan kemandirian. Ini dapat dilihat dari banyaknya kebijakan yang tidak relevan buat penyelesaian beberapa kasus yang dikaruniakan kepada bangsa Indonesia. Alfaqir yakin, musibah dan banyaknya kasus yang menimpa bangsa Indonesia. Mendorong bangsa Indonesia untuk segera bangkit menjadi negara bangsa yang mandiri.
Kita harus bangga menjadi orang Indonesia yang beragama Islam. Kita harus bangkit. Yang paling awal harus dilakukan. Memiliki rasa dan sikap bersaudara yang kuat. Bhinneka Tunggal Ika harus dipraktekkan secara nyata. Alfaqir sangat yakin, ada kekuatan besar, yang tidak menghendaki Bhinneka Tunggal Ika dapat diprakekkan dalam kehidupan berbangsa, beragama, dan bernegara.
Di sisi lain, lembaga bergensi seperti: eksekutif, legeslatif, dan yudikatif. Sama sekali tidak menunjukkan gairahnya di dalam mengampanyekan dan memberikan keteladanan di dalam ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Apabila Bhinneka Tunggal Ika mampu dipraktekkan oleh segenap kompenan bangsa Indonesia. Insya Allah shaff sosial masyarakat Indonesia pasti kuat. Barisannya teratur lagi rapi. Memberikan komando juga jelas. Sebab, “imam”-nya jelas.
Yang dibutuhkan bangsa ini adalah icon pemersatu bangsa. Kita tidak usah impor. Masak istilah saja harus impor. Cukup digali khazanah leluhur bangsa yang sangat hebat ini. Adalah, tugas kita untuk melakukan pemahaman ulang guna menemukan kekuatan yang hebat dari dalam diri setiap masyarakat Indonesia. Misalnya, bertebaran lho yang namanya “Kearifan Lokal” dan “Kearifan Lingkungan”. Yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Mengapa Iran solid. AS sulit menembus. Juga Libya yang relatif lebih kuat dibandingkan Mesir. Dikarenakan di kedua negara tersebut memiliki icon pemersatu yang kokoh lagi kuat.
Bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Icon yang dibangun adalah “Bangga menjadi orang Indonesia yang beragama Islam”. Kebanggaan itu diwujudkan dengan segenap perilaku, sifat, dan sikap. Yang dipraktekkan dengan: Meng-Allah-kan Allah (teologis); Me-manusia-kan Manusia (humanis); dan Meng-alam-kan Alam (ekologis).
Ketiga aspek: Teologis; Humanis; dan Ekologis tersebut harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagi bentuk Perubahan Perilaku setelah melakukan Pembelajaran Sifat. Sehingga bangsa ini benar-benar CC dengan sila “Ke-Tuhan-an Yang Maha-esa”. Artinya, totalitas warga bangsa diajak, diberikan contoh, difasilitasi, dan dibimbing untuk melembagakan Sila Pertama dalam Pancasila tersebut. Apabila Sila Pertama sudah melembaga dalam kepribadian, budaya, dan dinamika masyarakat secara mandiri. Niscaya keempat sila yang lainnya dapat terwujud.
Akan menjadi berbeda manakala yang terjadi, adalah “Ke-Uang-an Yang Maha-esa”. Maka, semuanya pasti menjadi jungkir-balik dan tatanan menjadi carut-marut. Kehidupan menjadi tidak nyaman, tidak enjoy, tidak harmonis, tidak sehat, tidak sejahtera, dan tidak bahagia.
Sebaliknya, yang ada dan terjadi –rupa-rupanya hal itu sedang terjadi--- kehidupan masyarakat yang saling curiga, serakah, lupa diri, dan lupa Allah ta’ala. Ekstremnya, apabila di dalam masjid seperti “ghazalian”. Tetapi jika sudah keluar masjid kembali menjadi “marxian”. Agama hanya menjadi bemper seabrek kepentingan. Hukum sekadar diverbalkan. Kekuasaan menjadi tujuan utama. Kemanusiaan menjadi terbengkelaikan. Apa yang terjadi? Kehidupan bangsa dan negara menjadi korup dan dekaden!
Mari kita cangcut tali wondo. Tanpa harus menyalahkan siapa pun. Bangkit menjadi orang Indonesia yang mandiri. Berdikari. Teposliro. Ora ngresulo. Dan, tidak sombong. Sebab, yakin dengan ke-Mahakuasaan Allah.

*Sidi Miftahul Luthfi Muhammad al-Mutawakkil, Pelayan di Ndalem Kesepuhan MTI

0 komentar:

Posting Komentar