Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Nglindur

Diskripsi nglindur secara sederhana bias diartikan bahwa suatu keadaan baik bicara ataupun tindakan yang dilakukan oleh seseorang diluar kesadaran dikarenakan orang tersebut dalam kondisi tidur. Dalam bahasa Indonesia nglindur bicara biasa disebut dengan mengigau. Nglindur terjadi bias disebabkan sebuah obsesi yang terlalu pada diri seseorang sehingga sampai terbawa dalam alam bawah sadarnya sewaktu dirinya tertidur. Pembicaraan orang nglindur kadang bias terdengar dengan jelas namun tanpa disertai makna dan arti yang jelas. Atau dengan kata lain apa yang dibicarakan tanpa ada ujung pangkalnya. Demikian juga dengan nglindur tindakan, apa yang dikerjakan juga diluar kemauan dan kehendak dari diri orang tersebut. Nglindur tindakan malah terkadang bisa membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.
                Alam bawah sadar yang dilakukan sewaktu glindur bisa jadi juga factor kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya namun penuh dengan beban pikiran dari orang tersebut. Beban pikiran itu bisa karena sebuah penyesalan, keinginan yang belum tercapai, atau tertundanya suatu kegiatan. Biasanya tipologi orang yang suka nglindur adalah orang dengan sifat pendiam dan suka memendam keinginan atau apapun yang ada dalam dirinya. Ketertutupan watak dan sifat inilah menjadikan dirinya dengan tanpa sadar melakukan kegiatan yang disebut dengan nglindur. Oleh sebab itu pelaku nglindur jelas tidak tahu apa yang telah dilakukan atau apa yang telah diucapkan, sebab kesemuanya itu dilakukan sewaktu tertidur atau tidak sadar dan menyadari.
                Kondisi semacam inilah yang sekarang baru dialami oleh kebanyakan masyarakat Indonesia, baik rakyat maupun pejabatnya. Perilaku unjuk rasa dengan menerima bayaran dari orang yang berkepentingan semakin menjadikan karakter nglindur sangat kental sekali. Tanpa tahu sebab musabab apa yang telah menjadi tuntutan sebenarnya dari sebuah unjuk rasa, dirinya terlibat seakan mewakili sebuah kepentingan bersama. Karena unjuk rasa merupakan sebuah tindakan, maka tak ayal sangat mengganggu lingkungan sekitar dimana unjukrasa itu berlangsung. Kebanyakan dari yang ikut merasakan keadaan terganggu itu adalah pengguna lalulintas disekitar kejadian berlangsung. Belum lagi kalau diwarnai tindakan anarkis dan bentrok fisik, jelas yang menjadi korban adalah kedua belah pihak yaitu sipengunjuk rasa dan aparat berwenang, bahkan terkadang meluas sampai lingkungan sekitar juga menjadi sasaran tindakan anarkis tersebut.
                Namun tidak kalah menariknya adalah nglindur yang dilakukan secara berjama’ah seperti yang terjadi akhir-akhir ini di Senayan. Bagaimana saling sahut-sahutan antara anggota dewan yang satu dengan yang lain dengan melantangkan keras-keras suara nglinduranya. Apa yang sedang disuarakan dan menjadi pembahasan sangat jauh dari kepentingan rakyat banyak. Namun kelantangan nglindurnya lebih pada kepentingan partai dan golongan yang terkadang dirinya sendiri tidak tahu apa yang dimaksut dengan penguasa partainya. Yang lebih menjengkelkan lagi, nglindurnya segerombolan anggota dewan ini hanyalah sebuah retorika “seolah-olah” memperjuangkan kepentingan rakyat. Ambil contoh saja penanganan kasus Bank Century dengan Pansusnya yang bergelimang dana milyaran rupiah, juga tidak karuan pangkal ujungnya. Dan yang lucu lagi nglindurnya para anggota dewan ini maunya diulang-ulang, sebab dengan mengulang nglindurnya akan dapat kucuran dana untuk menambah income partai dan yang terlibat di dalamnya. Sehingga belum ada apa-apa atau sedikit-sedikit minta bikin Pansuslah, Hak Angketlah atau apalah yang penting ada dana untuk nglindur berjama’ah.
                Belum lagi nglindurnya para tokoh atau seakan-akan tokoh melalui TV dengan kemasan acara talk show, menambah daftar banyaknya orang Indonesia yang suka nglindur. Mau ngomong apa menjadi tidak penting, yang penting menjadikan dirinya sering tampil di layar kaca dan menjadi popular. Ujung-ujungnya kalau sudah sedikit popular, merasa dirinya banyak penggemar dan banyak yang menyukai, akhirnya memberanikan diri untuk mencalonkan sebagai kepala daerah ataupun kepala yang lainya. Kecenderungan banyaknya orang nglindur ini jelas tidak terlepas dari peran media masa yang suka “memperkeruh” keadaan dengan mengadu sana-mengadu sini. Hal ini tak ubahnya seperti ada orang yang suka nglindur namun ditanggapi sehingga menjadi bahan gunjingan, cela-an, guyonan terus diceritakan pada banyak orang.
                Nglindur telah menjadi hobi sebagian orang Indonesia, dengan sedikit bekal informasi saja sudah berani nglindur di TV dengan label tokoh atau pakar. Sehingga banyak keterangan yang diungkapkan jauh dari realita dan keahlianya. Kelatahan nglindur sudah sangat mengganggu stabilitas kenyamanan hidup bermasyarakat. Sebab dengan nglindurnya para tokoh atau yang merasa tokoh tersebut menjadikan informasi simpang siur yang dirinya sendiri juga tidak mengetahui dengan pasti. Misalkan ada kasus bom, semuanya ikut nglindur tentang bom. Kasus PSSI, semuanya ikut nglindur tentang PSSI. Kasus angket pajak, semuanya nglindur tentang angket pajak. Wabah nglindur telah menular disegala lapisan masyarakat. Waspadalah !!!

0 komentar:

Posting Komentar