Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Bangsa Maritim yang Kekurangan Kapal; Lucu!



Wakil Presiden Budiono pidato pada Hari Nusantara di Dumai, Riau, menegaskan bahwa laut adalah masa depan Indonesia. Semoga hal itu tidak menertawakan diri sendiri. Mengapa? Apabila sudah ditegaskan seoranwakil presiden. Berarti di lapangan benar-benar nyata ada upaya membangun matra laut ke dalam bentuk pengembangan dan pemberdayaan yang lebih strategis. Mana buktinya?!
Wong kecelakaan laut saja di mana-mana. Memang itu takdirNYA. Tetapi kan juga ada takdir ikhtiar, agar angka kecelakaan laut dapat ditekan serendah-rendahnya.
Coba, mana ada pelabuhan laut yang bagus. Jangan bilang ideal lah. Wong yang bagus saja tidak ada.
Jika pidato itu sungguh-sungguh. Sudah saatnya Angkatan Laut RI itu diperbaharui armadanya. Jika beli jangan yang bekas-bekas melulu. Bisa menjadi bahan ketawaan putra alfaqir yang umurnya 8 tahun. Ketika bertamasya bersama “eyang google”. Apa katanya, “Kok kapal selam negara kita cuma tiga. Butut lagi?”
Semakin jelas bahwa arah pembangunan pemerintah sekarang. Yang katanya era reformasi. Semakin tidak jelas. Tidak reformasi yang terjadi. Justru yang ada di lapangan dan di kehidupan masyarakat adalah “repot di sana-sini”.
Wilayah perairan laut yang seharusnya menjadi sarana strategis kehidupan bangsa. Tidak dijaga dan diberdayakan secara optimal.
Akibatnya, perairan laut “terkapling” di dalam berbagai kepentingan. Yang ujung-ujungnya untuk memenuhi nafsu syahwat kapitalisme. Apakah itu kapitalisme pengusaha. Apakah kapitalisme parpol. Atau, apakah kapitalisme yang secara sengaja hendak menghancurkan bangsa Indonesia dengan pelan-pelan. Di mana ditandai dengan terjadinya korporatokrasi internasional yang sejak lama mencengkeram kehidupan bangsa dan masyarakat Indonesia. Yang anehnya tidak ada keinginan yang kuat untuk melepaskannya.
Siapa pun tahu. Bangsa Indonesia merupakan bangsa maritim terbesar di dunia. Hampir ¾ luas Indonesia adalah perairan laut. Dapat dibayangkan betapa sangat kecilnya luas total daratan bangsa kita. Tetapi, mengapa yang digembar-gemborkan selalu pembangunan pertanian. Memang itu tidak salah. Namun tidak riil. Tidak strategis.
Sampai-sampai presiden sibuk menggagas pembangun jembatan di sana-sini. Guna menyambung pulau-pulau, seperti Madura-Jawa, dan Jawa-Sumatera, atau mungkin Jawa-Bali?
Mengapa tidak sibuk membangun pelabuhan sebanyak-banyaknya, dan membuat kapal sebagus-bagusnya. Harus diingat dong jumlah penduduk kita itu banyak. Jadi, kebijakan dan pembangunan juga harus berwawasan kerakyatan. Melibatkan rakyat dan untuk kesejahteraan rakyat. Jangan dibalik. Banyak pembangunan buat memperbanyak duit. Yang kemudian duitnya dinikmati oleh segelintir pejabat, wakil rakyat, dan parpol tertentu.
Mana mungkin korupsi dapat diberantas. Wong otaknya sudah sebagian besar rusak semua begitu. Maka, tidak ada jalan keluar yang jitu, kecuali memahamkan kembali Pancasila ke dalam kehidupan rakyat Indonesia. Dengan membukakan kesadaran puncak kepada orang-orang yang duduk sebagai: eksekutif, legeslatif, dan yudikatif. Bahwa, bangsa Indonesia adalah bangsa maritim yang saat ini dirundung virus kangker yang namanya kesombongan.
Apabila mereka yang diamanahi rakyat masih tetap sombong. Maka, yang terjadi adalah keingkaran mereka di dalam melibatkan Tuhan di setiap kehidupan rakyat dan negara. Padahal sila ke-1 di dalam Pancasila jelas bunyinya, “Ke-Tuhan-an YME”. Tidak berbunyi “keuangan yang mahakuasa”.
Sangat lucu jika bangsa maritim kok sampai tidak punya kapal selam, misalnya. tiga saja sudah butut. Bagaimana untuk menjelajah segenap perairan laut yang demikian luas, dengan berbagai kedalaman yang berbeda-beda.
Apabila wakil presiden di dalam pidatonya tersebut dikeluarkan dari hati kecilnya. Maka, sebelum jabatan dia berakhir bangsa ini sudah memiliki segenap kapal yang menjadi kebutuhan mendesak bangsa maritim.
Coba perhatikan berapa besar duit rakyat yang digunakan main-main di dalam politik mereka yang tidak punya hati nurani itu. Coba kalau digunakan untuk membeli kapal, apakah itu buat armada militer, memperkuat PELNI atau memperbanyak armada ferry penyeberangan. Subhanallah. Luar biasa indahnya bangsa maritim ini.
Sadar atau tidak. Sudah banyak dari mereka yang berkuasa sudah tidak lagi memiliki kepekaan di dalam membangun bangsanya. Sehingga tidak tahu dengan detail dan benar apa-apa yang menjadi kepentingan rakyat. Sehingga kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan rakyat tidak pernah didahulukan. Tidak seperti dikala mereka para politisi itu mengobral janji dan manis mulut saat ada maunya. Seperti, ketika mau pemilu, pilkada, pilbub, dan pilpres.
Sangat mendesak sifatnya, bangsa ini membutuhkan semua sarana yang berkaitan dengan laut. Dan, yang tidak kalah pentingnya, lembaga-lembaga pendidikan yang berkaitan dengan laut dan kelautan harus cepat dimodernkan dan diprofesionalkan. Biar lucunya tidak bertambah-tambah [ ]