Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Siapa Ibu RA.Kartini?



Bangsa ini ditakdirkan Allah ta’ala pernah memiliki pejuang perempuan dari kaum ibu. Namanya Kartini. Dia seorang mukminah-muslim yang hebat. Saat itu dia salah seorang yang sadar benar. Jika bangsanya tidak boleh kehilangan mental kebangsaan dan bangga sebagai orang Indonesia. Dengan gigih pula. Ibu Kartini meladeni sepak-terjang kaum misionaris dan zending di negerinya. Utamanya, setelah dia mendapatkan wangsit pada tanggal 17 Agustus 1902 dari surat al-baqarah ayat ke-257. Dengan getol. Setelah mendapat wangsit tersebut Ibu Kartini menyuarakan “Habis Gelap Terbitlah Terang” (Minadl-dlulumāti ilan-nūr). Sehingga banyak kolega Ibu Kartini. Yang kebanyakan orang-orang Belanda. Merasa gusar dengan perubahan (konversi) Ibu Kartini terhadap Islam. Mereka khawatir jika Kartini menjadi seorang islamis. Yang tidak dapat lagi mereka “mainkan”, atau dinina-bobokkan.
Ibu Kartini yang dilahirkan tanggal 21 April 1879. Memiliki jiwa kritis sejak kecil. Dia cerdas. Bahkan jenius. Sehingga fenomena sosial yang tidak cocok dengan al-qur`an yang dipelajari selalu dipertanyakan pada awalnya kepada guru ngajinya. Lalu, jika sudah mantap dengan dalilnya. Dia menentangnya. Contoh, kebijakan Amangkurat I. Yang menurut Ibu Kartini berlaku keluar dari Islam. Yakni, membolehkan seorang pria beristri sesuka hatinya. Sehingga pada waktu itu banyak dijumpai satu laki-laki dengan puluhan perempuan. Utamanya, keluarga Keraton Surakarta.
Menurut Kartini. Apa yang dilakukan Amangkurat I. Lebih karena dia berkiblat pada Cara Berpikir Belanda. Penjajah. Feodalisme. Sehingga harus mengorbankan kaum perempuan. Itu pula yang menjadi sebab, mengapa Amangkurat I melepaskan gelar sultannya. Dia tidak mau bergelar sulthan. Namun dia buat gelar sendiri “susuhunan”. Dengan double “su”. Dia hendak menunjukkan bahwa kedudukannya lebih tinggi dari para ulama. Sehingga tidak mengherankan pula di jamannya telah terjadi pembantaian 6000 ulama.
Bagi Ibu Kartini. Adat yang menyelisihi al-qur`an harus ditentang. Termasuk keberadaan penjajah harus dia tentang. Sebab, tidak sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dikampanyekan al-qur`an. Memang cucu KH.Mudirono dan murid KH.Shaleh Darat, Mranggen, Demak, Jateng ini. Luar biasa cepatnya menangkap pelajaran al-qur`an yang diterangkan gurunya.
Maka, para koleganya yang sebagian besar orang Belanda. Terkagum-kagum dengan kecerdasan Kartini. Sekaligus mereka khawatir dengan keberadaannya. Sehingga banyak cara dan jalan guna “menyingkirkan” Kartini dengan sangat halus dan pelan-pelan dari ranah perjuangannya.
Dalam berjuang Kartini sendirian. Tidak menggunakan yayasan, atau lembaga-lembaga yang lain. Secara emosional. Ibu Kartini banyak dimotivasi oleh kakak lelakinya. Yang bernama Sosrokartono. Yang bergelar Raden Mas Panji (RMP). Sosrokartono adalah putra bangsa Indonesia yang menguasai 26 bahasa dunia secara aktif. Wartawan perang Eropa. Dan, menguasai seni pengobatan Timur dan Eropa, juga pengobatan herbal.
Sebagai adik Sosrokartono pula yang menjadikan Belanda ketakutan. Sehingga pernah ditawari untuk  melanjutkan studi ke Belanda. Namun Ibu Kartini memberikan kursi tugas belajar ke Belanda tersebut kepada koleganya di dalam negeri. Yakni, KH.Agus Salim.
Memang ayahanda Kartini, Bupati Jepara asli Madura, jadi Kartini itu jawamud anak keturunan Jawa-Madura, pernah mengingatkan Kartini. Bahwa, hanya sedikit dari teman Belandanya yang benar-benar tulus ikhlas dalam menyayangi Kartini. Lalu, dipesankan kepada Kartini, supaya selalu hati-hati dan waspada.
Apabila negara ini mau adil dengan sejarah bangsanya. Sebenarnya pelopor pembaharuan pendidikan dan pembelajaran negeri ini adalah Ibu Kartini. Pelopor pergerakan dan pemberdayaan kaum tertindas adalah Kartini. Dan, daiah muslimah pertama yang menggunakan media baca-tulis adalah Ibu Kartini. Memang ada Cut Mutiah, Cut Nyak Dien, dan Dewi Kartika. Namun ketiganya tidak membangun visioner ke depan mengenai pendidikan, perjuangan, dan pemberdayaan. Sedangkan Kartini menunjukkan mengenai hal itu. Namun demikian ketiga beliau para ibunda negeri tersebut tetap merupakan pahlawan-pahlawan yang hebat bagi kita semua dan bangsa Indonesia. Seperti halnya RA. Kartini.
Maka, bangsa ini harus malu apabila tidak memiliki visi yang jelas dalam mencintai Indonesia. Kartini belum haji. Nyantrinya singkat. Tidak punya gelar sarjana. Tetapi beliau mampu membawa bangsanya keluar dari dhulumat kepada nur. Dari kegelapan penjajahan kepada cahaya kemerdekaan. Dari petangnya kekafiran menuju kepada cahaya keimanan.
Karenanya, siapa pun harus malu jika sebagai orang Indonesia yang masih suka: ngentit, mark up dana proyek, korupsi, dan tidak menyintai Indonesia. Harus malu pada diri sendiri. Bagaimana tidak malu? Seabrek fasilitas ternyata hanya digunakan untuk merugikan orang lain. Merugikan bangsa dan agamanya. Sementara, Ibu Kartini miskin fasilitas dapat membawa bangsa berubah menjadi seperti sekarang ini. Tunjukkan pengabdian kalian sebagai anak negeri. Segera [ ]

0 komentar:

Posting Komentar