Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Pendidkan Islam Gagal?

Insiden 26 Jumadil Awal 1429 (1 Juni 2008), sungguh menjadikan kaum muslimin Indonesia prihatin. Di mana tidak prihatin?! Sesama saudara muslim melakukan bentrok fisik. Kedua tokohnya saling menghujat dan mencaci. Penyebabnya, tidak adanya dari masing-masing pihak, dalam mengendalikan hawa nafsu mereka. Mengapa harus terjadi?
Lebih mengerikan lagi, "insiden Monas" itu ditindak-lanjuti dengan psy-war di daerah-daerah. Yang berupa pemaksaan kehendak, intimidasi, teror, dan provokasi. Mengapa semua itu dapat terjadi. Menurut alfaqir jawabannya, "Karena republik ini telah gagal mendidik warga bangsanya."
Yang harus membuat kita sangat berduka, ternyata lembaga pendidikan Islam yang ada di negeri ini telah "gagal", di dalam melahirkan Perubahan Perilaku (Behavior Transformation).
Out put dari lembaga pendidikan Islam ternyata tidak secara otomatis menjadi Human Capital Investment (investasi modal manusia) yang bagus. Dengan kata lain, lembaga pendidikan Islam yang ada belum mampu mencetak para pelaku agama yang menjadi social capital (modal sosial) buat masyarakat manusia. Lembaga pendidikan Islam yang ada baru mampu melahirkan "manusia kardus" (human in box). Yaitu, manusia yang sangat premordial dan sangat sekterian. Bukan manusia yang berkepribadian rahmatal lil 'alamin (human elyon).
Terbukti mereka, khususnya para tokoh agamanya. Tidak lagi memiliki Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Intuisi (Emotional and Intuitional Quotient) yang bagus. Sehingga mereka sangat bangga dengan pendapatnya sendiri-sendiri. Boleh jadi karena di antara mereka telah terjadi saling mendengki; wa-llâhu a'lam.
Logikanya sangat sederhana. Kiblatnya sama. Shalatnya sama. Takbirnya sama. Rabb-nya sama. Nabi dan rasul-nya sama. Qur`an-nya sama. Ruku' dan sujud-nya sama. Menyembah Allah yang sama. Sama-sama muslim Indonesia. Insya Allah; yang membedakannya paling-paling karena kepentingannya saja. Tidakkah ini hawa nafsu. Tidakkah kita dilarang mengikuti hawa nafsu. Tidakkah Allah telah mengecam para manusia yang telah menuhankan hawa nasunya?! Maka, jawaban atas pertanyaan, mengapa "insiden memalukan" itu sampai terjadi. Hal itu dikarenakan telah tertanam rasa kedengkian yang sangat mendalam di antara yang bertikai. Jika seorang manusia itu Ilmu Pengetahuan Diniah-nya mapan, niscaya secara dewasa ia akan dikaruniakan kemampuan dan kemauan untuk dapat mengendalikan rasa dengki tersebut terhadap sesama muslim khususnya, dan sesama bani Adam pada umumnya.
Apabila mereka memiliki Emotional and Intuitional Quotient (E.In-Q) bagus. Tidak mungkin terjadi "adu mulut" di depan publik, baik yang disiarkan melalui TV. Atau, yang dilangsir berbagai media massa. Hingga akhirnya menyulut kekerasan fisik atas nama Islam. Pertanyaannya? Lalu, siapa yang mengenang?! Mereka semua lupa, bahwa apa yang telah diperbuatnya itu telah menodai Islam sebagai agama yang cinta damai, agama yang anti-kekerasan, dan agama rahmatal lil 'alamin.
Manakala para tokoh agama saja perilaku Islam-nya sangat rendah. Bagaimana dengan para pengikutnya, muridnya, keluarganya, dan fans-nya. Sungguh mengerikan! Ternyata Islam dirusak oleh para tokoh Islam sendiri dari dalam. Mau mengakui atau tidak, inilah kenyataannya. Dan, kita harus berdoa kepada Allah swt, semoga tidak termasuk umat Islam yang ikut melakukan perusakan Islam dari dalam; na'udzu billâhi min dzâlik.
Bagaimana dengan pendidikan Islam kita selama ini? Ada mata pelajaran akhlak Islam, adab Islam, tafsir qur`an, hadis, sirah nabawiah, ushul fikih, ilmu fikih, dan yang lainnya. Yang intinya semua mengarah pada terbentuknya akhlak Islam. Sebagaimana pengangkatan Muhammad bin Abdullah sebagai nabiullah dan rasulullah; semata untuk menyempurnakan akhlak jahiliah menjadi akhlak Islam.
Alfaqir yakin, para tokoh Islam yang terlibat dalam "insiden Monas" tersebut sangat mengerti dan memahami mata pelajaran dan arah misi Islam tersebut. Yang menjadi pertanyaan mengapa insiden itu harus terjadi?
Jawabannya, tidak lain –insya Allah; wa-llâhu a'lam--  mereka tidak mampu mengendalikan hawa nafsu. Terutama nafsu dalam berkelompok. Alfaqir yakin, apabila mereka mau mengembalikan kepada hati nurani mereka, dan berpandu kepada Neraca Syariat. Insiden memalukan tersebut tidak akan pernah terjadi.
Segenap umat Islam Indonesia. Bahkan, seluruh umat Islam se-dunia, hendaknya mau menjadikan "insiden memalukan" tersebut sebagai sarana Pembelajaran Sifat (Character Learning). Sehingga di masa-masa mendatang tidak pernah terulang lagi; insya Allah.
Yang jelas kita harus terima kasih kepada Allah azza wa jalla. Di mana Allah telah memberikan pendidikan langsung. Bahwa, yang namanya memukuli orang itu ternyata tidak baik. Saling memaki sesama muslim itu, ternyata tidak baik. Ternyata gelar kehormatan apa pun tidak menjamin akhlak Islam seseorang itu bagus. Ternyata simbol-simbol keislaman yang dipakai seorang muslim, tidak menjamin fakih-nya ilmu agama dan ketinggian budi pekerti Islam-nya.
Karenanya, marilah kita melakukan Behavior Transformation (Betra). Sehingga tidak meniru-niru mereka, jelas itu sangat nista lagi memprihatinkan. Kita harus segera CC 100% dengan Neraca Syariat. Dan, harus segera merapatkan shaff sosial kaum muslimin mukmin. Segera mengakhiri keterkotakan di antara Persaudaraan Islam yang lahir, hidup, dan insya Allah wafat di republik ini. Tunjukkan pada dunia, bahwa kita benar-benar memiliki CC terhadap Neraca Syariat, Ilmu Pengetahuan Diniah, budi pekerti yang mulia, tatakrama yang terpilih, dan kebenaran.
Buat lembaga pendidikan Islam yang ada di negeri ini. Segera benahilah cara pengajaran dan cara mendidik. Begitu juga buat para ulama, ustadz, dan kiai segera lakukan redesign atas pengajaran dan pendidikan keagamaan dan keberagamaan. Telah terbukti model pengajaran dan pendidikan yang dilakukan selama ini, tidak banyak melahirkan out put yang signifikansi dengan akhlak Islam dan adab Islam. Jadikan masjid sebagai base camp. Jaga hati dan perut dengan baik dan benar. Cerahkan akal pikiran dengan ajak kembali melakukan pengagungan terhadap Allah azza wa jalla. Dan, tanamkanlah iman-islam-ihsan dengan baik dan benar. Sehingga umat Islam akan mendulang kejayaan yang berupa: Sehat; Sejahtera; dan Bahagia, insya Allah. []


0 komentar:

Posting Komentar