Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Tato

Mungkin hampir semua orang tahu tentang apa itu tato, terutama bagi si pelaku yang telah melakukan pada tubuhnya sendiri. Banyak pendapat pro dan kontra mengenai tato ini, sebagian masyarakat yang setuju dengan tato, memandang sebagai sebuah karya seni kuno dan ekspresi diri untuk memperindah tubuh. Sedang yang kontra terhadap tato, menganggap sebagai bentuk penyiksaan diri atau bentuk lain dari anarkisme tubuh sendiri.
                Terlepas dari pro dan kontra tersebut sebenarnya keberadaan tato sudah lama terjadi, terutama pada kebudayaan jahiliyah dengan peradaban kuno. Namun keberadaan dan eksistensi tato ini sendiri sudah banyak mengalami perubahan. Tato tidak hanya dilakukan secara konvensional hanya sekedar coretan pada tubuh dengan warna kelabu. Lebih dari itu seiring dengan perubahan jaman, tato juga mengalami hal serupa, sehingga tidak lagi dengan ditusuki jarum, namun hanya berupa lukisan dengan bahan khusus dan warna yang lebih berfariatif. Selain itu motif gambarnya pun juga lebih terarah, tidak melulu bentuk ukiran semata. Ragam motif gambar tato sudah banyak mengalami perubahan mulai dari motif tumbuhan, binatang sampai wanita telanjang.
                Pada mulanya tato hanya digemari oleh kaum pria sebagai bentuk symbol kejantanan dan keperkasaan, sehingga bila ada orang yang tubuhnya semakin banyak tatonya bisa dibilang semakin “jantan dan perkasa”. Namun seiring dengan perubahan jaman pula tato sekarang tidak hanya didominasi oleh kaum pri saja, justeru kaum wanitalah yang ramai melakukakannya. Malah bisa dibilang lagi ngetren dan booming para wanita menato sebagian anggota tubuhnya. Yang lebih mengherankan dan mencengangkan, begian-bagian tubuh wanita yang ditato tersebut kisaran daerah-daerah “rawan dan sensasional”, fenomena apa gerangan yang terjadi.
                Apapun corak dan bentuk tato serta siapapun yang melakukan, yang jelas tato merupakan bentuk ekspresi diri agar mendapat pengakuan dari orang lain. Sehingga bila ditarik ke dalam syariat dinul Islam, tato merupakan bagian dari bentuk pamer atau riak terhadap sesama manusia. Tidak ada sedikitpun bentuk ketakwaan dan peribadahan terhadap Allah swt. Orang yang mentato bagian tubuhnya cenderung ingin memamerkan bagian tubuh yang telah ditato tersebut. Baik itu mulai dari pangkal lengan sampai dibawah pusar. Tidak laki atau perempuan, bagian tubuh yang ditato ingin diperlihatkan pada orang lain. Sehingga lebih banyak memperlihatkan anggota tubuhnya dari pada menutupinya. Yang tragis lagi kenapa hal ini sebagai kebanggaan ? Padahal bagi kaum perempuan menutupi anggota tubuh merupakan kewajiban di dalam syariat dinul Islam. Mungkin hal inilah yang terjadi belakangan ini, dimana sesema mangaku dirinya muslim namun tidak segan-segan untuk saling menhajar dan bermusushan.
                Seperti yang telah kita saksiakan bersama kejadian bulan lalu di silang monas, bagaimana bengisnya anggota organisasi yang mengatas namakan pembela Islam dengan garang dan rasa kebencian telah melakukan “pentatoan” pada kelompok yang tidak sepaham dengan kelompoknya. Bagi gerombolan yang melakukan anarkisme terhadap gerombolan lainya, jelas hanya ingin pamer dan riak semata. Tidak ada bentuk ketakwaan sedikitpun di hadapan Allah swt. Bagaimana tidak, Allah swt yang sebenarnya memiliki Islam saja tidak seanarkis gerombolan tersebut. Islam adalah agama yang dirahmati dan diridloi oleh Allah swt, kalau ada segelintir orang yang dianggap menodai atau merusak Islam, tentu Allah swt yang paling marah seharusnya. Tapi kenapa gerombolan yang mengaku pembela tersebut seakan-akan dirinya telah mendapat mandate untuk mewakili Allah swt dalam melakukan penghancuran. Dan seakan-akan pula Islam adalah miliknya, sehingga perbuatanya melebihi Tuhan Sang Pemilik.
                Seperti halnya tato, dengan alasan mempercantik dan memperindah tubuh tidak segan-segan mentato dirinya sendiri walau dengan cara anarkis dan menyakitkan. Bagaimana tidak, kaum muslimin adalah bersaudara dan bagaikan satu tubuh, sehingga bila ada satu orang Islam tersakiti maka yang lainya juga ikut merasakan sakit. Inilah yang terjadi, sesama mangaku muslim berarti satu tubuh, namun anrkisme yang dilakukan. Berarti juga sama halnya dengan dirinya menyakiti tubuhnya sendiri (mentato). Hal ini dilakukan tidak lain hanya memenuhi nafsu kepuasan dan riak semata, alias ingin dilihat orang lain sebagai gerombolan yang ditakuti, naudzubillah. Tragisnya lagi ada sebagian ulama, habib dan kiyai yang sudah “tidak laku” malah ikut-ikutan mendukung gerombolan tersebut, tidak lain juga hanya ikut numpang ketenaran dan biar masuk tipi lagi. Mungkin ini kelompok yang pro dengan mentato tubuh.
                Lain halnya dengan yang kontra pentatoan tubuh, menganggap dirinya juga membela kepentingan Islam. Merasa dirinya mewakili Tuhan untuk membelanya, padahal walau tidak dibela sekalipun oleh umat manusia, kalau Tuhan mau tentu tidak akan menemui kesulitan.
                Semoga dengan keluarnya SKB tiga menteri bisa menenangkan gerombolan-gerombolan yang pro dan kontra dengan tato. Dan semoga pula dengan diberitakanya pentatoan di silang monas bisa mengalihkan sementara berita maraknya penolakan kenaikan BBM.
                Dari falsafah tato ini, kita bisa menyimpulkan sendiri, sesungguhnya siapa yang sesat di hadapan Allah swt, bukan di mata manusia. Yang mentato, yang ditato, yang melihat tubuh bertato, yang pro tato, yang kontra tato,  yang menyiarkan tato, atau sponsor yang membiayai pentatoan tersebut. Wallahu’alam. 
                

0 komentar:

Posting Komentar