Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Sahabat Muadz Bin Jabal

Berkomentar sahabat Ibnu Mas'ud r.hu, "Mu'adz adalah seorang hamba yang tunduk kepada Allah dan berpegang teguh dengan agama-Nya. Dan, kami menganggap Mu'adz serupa dengan Nabi Ibrahim as."
Tidak salah kiranya, jika sahabat Ibnu Mas'ud berkomentar seperti di atas. Sebab, Mu'adz memang menjadi kesayangan Nabi saw. Seperti disabdakan Nabi saw pada suatu ketika secara khusus kepada sahabat Mu'adz,
يَامُعَاذُ، وَاللهِ إِنِّي َلأُحِبُّكَ، فَلاَ تَنْسَ أَنْ تَقُوْلَ فِى عَقِبِ كُلِّ صَلاَةٍ: اَللَّهُمَّ اَعِنِّي عَلىَ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عَبَادَتِكَ
"Wahai Mu'adz, demi Allah aku sungguh sayang kepadamu. Maka, jangan lupa setiap selesai shalat mengucapkan, (اَللَّهُمَّ اَعِنِّي عَلىَ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عَبَادَتِكَ) wahai Allah, bantulah saya untuk selalu ingat dan syukur, serta beribadah dengan ikhlas kepada Mu."

Tiga hal yang ditekan oleh Rasulullah saw kepada sahabat Mu'adz, yang hakekatnya juga kepada segenap umat manusia, khususnya kaum muslimin. Yaitu, senantiasa memohon pertolongan-Nya dalam hal: dzikrullah, syukur, dan ibadah kepada-Nya.
Ketiga hal itu oleh sahabat Mu'adz dipegang dengan erat. Dan, dia amalkan dengan senang hati. Paham benar apa yang telah menjadi kehendak Rasulullah saw atas kehidupannya. Hingga suatu ketika Nabi saw bertanya kepada sahabat Mu'adz,
كَـيْفَ اَصْـبَحْتَ يَامُعَاذُ؟ ٌَقَالَ: اَصْبَحْتُ مُؤْمِنًا حَقًّا يَارَسُـوْلَ اللهِ، قَالَ النَّـبِيُّ: إِنَّ لِكُلِّ حَقٍّ حَقِيْقَةٌ فَمَا حَقِيْقَةُ اِيْمَانِكَ؟ قَالَ مُعَاذٌ: مَا اَصْـبَحْتُ صَحَابًا قَطُّ إِلاَّ ظَنَنْتُ اَنِّـي لاَ اُضْـبِحُ وَلاَ خَـطَوْتُ خُطْوَةَ إِلاَّ ظَنَـنْتُ اَنِّـي لاَ اُتْبِـعُهَا غَيْرَهَا وَكَـأَنِّي اَنْظُرُ إِلىَ كُلِّ اُمَّةٍ جَاثِـيَةٍ تُدْعَى إِلـىَ كِتَابِهَا وَكَـأَنِّي اَرَى اَهْلَ الْجَنَّةِ فِى الْجَنَّةِ يَتَنَـعَّـمُوْنَ وَاَهْلَ النَّارِ فِـى النَّارِ يُعَـذَّبُوْنَ، فَقَالَ لَهُ الرَّسُـوْلُ: عَرَفْـتَ فَالْزَمْ
"Bagaimana keadaanmu pagi hari ini, wahai Mu'adz?" "Pagi hari ini saya benar-benar telah beriman, wahai Rasulullah," jawab Mu'adz. "Setiap kebenaran ada hakikatnya," kata Nabi pula. "Maka, apakah hakikat keimananmu?" Sahabat Mu'adz menjawab, "Setiap berada di pagi hari. Sayang menyangka tidak akan menemui lagi waktu sore. Dan, setiap berada di waktu sore. Saya menyangka tidak akan mencapai lagi waktu pagi. Dan, tidak ada satu langkah pun yang kulangkahkan, kecuali saya menyangka tidak akan diiringi lagi dengan langkah lainnya. Dan, seolah-olah kesaksian setiap ummat jatuh berlutut, dipanggil melihat buku catatannya. Dan, seolah-olah kusaksikan penduduk surga menikmati kesenangan surga. Sedang penduduk neraka menderita siksa salam neraka. Maka, sabda Rasulullah saw, "Memang kamu mengetahuinya, maka pegang teguhlah jangan dilepaskan."


Beberapa Nasehatnya
1.        Waspadalah akan tergelincirnya orang yang berilmu. Kenalilah kebenaran itu dengan kebenaran pula. Karena kebenaran itu mempunyai cahaya.
2.        Wahai manusia capailah ilmu dengan dzikrullah. Dan, carilah ilmu yang bermanfaat.
3.        Beribadahlah dengan cermat, dan jangan berlebih-lebihan di dalam melakukannya.
4.        Nasehat sahabat Mu'adz kepada salah seorang yang bertanya kepadanya, "Apakah anda bersedia mematuhinya bila saya ajarkan?" tanya sahabat Mu'adz. "Sungguh, saya amat berharap akan menaati engkau!" jawab orang itu. Lalu, sahabat Mu'adz menasehatinya, "Puasa dan berbukalah! Lakukanlah shalat dan tidurlah! Berusahalah mencari nafkah dan janganlah berbuat dosa. Janganlah kamu mati kecuali dalam beragama Islam. Jauhilah doa orang yang teraniaya!"
5.        Ilmu itu mengenal dan beramal. Seperti dinasehatkan, "Pelajarilah segala ilmu yang kalian sukai. Tetapi Allah tidak akan memberi kalian manfaat dengan ilmu itu sebelum kalian mengamalkannya lebih dahulu."
6.        Iman dan dzikrullah, ialah selalu siap siaga demi kebesaran-Nya dan pengawasan yang tak putus-putus terhadap kegiatan jiwa.

Wafat Di Usia Muda
Sahabat Mu'adz bin Jabal r.hu wafat dalam usianya yang relatif masih muda. Yaitu, di usianya yang ke-33 tahuan. Sebuah usia yang masih sangat produktif.
Itulah Allah swt jika telah berkehendak. Tak pandang bulu usia, atau apa pun. Di saat seorang hamba harus menghadap, dia harus menghadap; kapan pun.
Saat-saat sekaratul maut sahabat Mu'adz mengahadapkan wajah dan pandangan matanya ke arah langit. Seolah ada sesuatu yang ditatapnya. Dia bermunajat kepada Allah jalla jalaluh, seraya berkata, "Ya Allah, sesungguhnya selama ini saya takut kepada Engkau. Tetapi hari ini saya mengharapkan ridla-Mu. Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa saya tidaklah mencintai dunia demi untuk mengalirkan air sungai atau menanam kayu-kayuan. Tetapi hanyalah untuk menutupi haus di kala panas, dan menghadapi saat-saat yang gawat, serta untuk menambah ilmu pengetahuan, keimanan, dan ketaatan."
Lalu, diulurkan tangannya. Seolah menjabat tangan seseorang. Di saat yang bersamaan ia menjemput mautnya, seraya berkata, "Selamat datang, wahai maut. Kekasih tiba di saat diperlukan." Seketika itu juga ruh sahabat Mu'adz berpisah dengan raganya berjalan menuju alam barzah, untuk menghadap Allah, meninggalkan dunia fana. Innâ lil-lâhi wa innâ ilaihi râji'ûn. []

0 komentar:

Posting Komentar