Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Pembelaan Abu Thalib

Setelah Rasulullah saw mendapatkan perintah dakwah Islam secara terbuka. Seperti dijelaskanNYA dalam surat asy-syura 214 dan surat al-hijr 94. Beliau saw terus melakukan gerilya dakwah Islam. Yang pertama, sudah barang tentu kaum kerabat sendiri. Baru terbuka secara luas. Dalam keluarga saja Nabi saw mendapatkan tantangan yang sangat keras. Apalagi di luar. Yaitu, di kalangan masyarakat Quraisy. Lebih hebat lagi tanangan yang dihadapi oleh Rasulullah saw. Benarlah adanya. Nabi saw dari kalangan Quraisy mendapatkan perlawanan dakwah Islam. Kenyataan itu wajar-wajar saja. Sebab, masyarakat Quraisy merasa terusik dengan keberadaan Rasulullah saw, dan diturunkannya risalah islamiah. Mereka kaum Quraisy yang kafir selalu mencari cara dan jalan, agar Nabi saw menghentikan kegiatan dakwah. Sabaliknya, dengan kekuatan dan strategi yang jitu dalam waktu singkat dakwah Islam Rasulullah saw mengalami perkembangan yang sangat menggembirakan. Sekalipun di sisi lain mendapatkan tantangan, teror, penyiksaan, dan pembunuhan dari para begundal Quraisy.

Nabi saw Dirayu
Abu Lahab dan Abu Jahal paham bahwa keponakannya tidak dapat dihadapi dengan model dan cara yang telah dilakukan. Akhirnya, mereka sepakat menghadapi dakwah Islam Nabi saw dengan cara dirayu. Semua itu dilakukan kaum penentang dakwah Nabi saw. Dikarenakan, sang paman selalu berusaha dan mem-back up dakwah Nabi saw. Bahkan, dengan terang-terangan tidak mau menyerahkan Nabi saw ke tangan kaum kafir Quraisy.
Hingga akhirnya. Kaum kafir Quraisy memutuskan untuk sowan kepada Abu Thalib. Dengan harapan Abu Thalib merubah posisinya. Yang semula mendukung dakwah Islam Nabi saw. Akhirnya tidak lagi melindungi dakwah Islam Nabi saw. Dibuatlah tim 10 yang beranggotakan 10 orang untuk menghadap Abu Thalib. Kesepuluh orang itu adalah: 1).Utbah bin Rabi’ah bin Abdusy-syams bin Abdimanaf bin Qushaiy bin Kilab; 2).Syaibah bin Rabi’ah bin Abdusy-syams bin Abdimanaf bin Qushaiy bin Kilab; 3).Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdusy-syams bin Abdimanaf bin Qushaiy bin Kilab; 4).Abdul-bakhtany al-Ash bin Hisyam bin Harist bin Asad bin Abduluzza bin Qushaiy bin Kilab; 5).Aswad bin Muththalib bin Asad bin Abduluzza bin Qushaiy bin Kilab; 6).Abu Jahl Amr Abulhakim bin Hisyam bin Mughiroh bin Abdullah bin Umar bin Makhzum; 7).Walid bin Mughiroh bin Abdullah bin Umar bin Makhzum; 8).Nubaih bin Hajjaj bin Amir bin Hudzaifah bin Sa’ad bin Sahm; 9).Munabbih bin Hajjaj bin Amir bin Hudzaifah bin Sa’ad bin Sahm; dan 10).Ash bin Wa’il bin Hasyim bin Sa’ad bin Sahm.
Tim 10 yang sowan kepada Abu Thalib ternyata gagal merayunya. Abu Thalib tetap pada pendiriannya. Tidak mau menyerahkan keponakannya kepada kaum Quraisy. Ancaman kaum kafir yang dialamatkan kepada Nabi saw dan yang diujukan kepada dirinya. Sama sekali tidak menjadikan dirinya takut. Apalagi Nabi saw. Mendengar adanya teror dan provokasi yang dilakukan kaum kafir kepada sang paman. Justru beliau saw menjawab tantangan kaum kafir tersebut, dengan semakin terang-terangan dalam berdakwah Islam.
Nabi saw bertekad bulat untuk terus berdakwah. Sampai titik darah penghabisan. Beliau saw tidak takut teror, ancaman, dan provokasi kaum kafir. Beliau saw serahkan hidup dan mati hanya di tangan Allah ta’ala.
Hingga dengan terang-terangan pula sang paman membiarakan dan mendukung dakwah Islam Nabi saw. Sang paman berjanji. Apapun yang terjadi dia tidak akan pernah menyerahkan Nabi saw ke tangan kafir Quraisy.
Melihat cara yang pertama gagal merayu Abu Thalib. Para tokoh Quraisy kembali mengirim tim 10 untuk menemui Abu Thalib. Konon tim 10 ini sambil membawa pemuda Quraisy sebagai imbalan. Jika Abu Thalib mau menyerahkan Muhammad bin Abdullah saw. Sejarah mencatat pemuda Quraisy yang hendak dijadikan hadiah kepada Abu Thalib, agar menjadi pembantu Abu Thalib, bernama Umaroh bin Walid bin Mughiroh. Kaum Quraisy menghendaki barter. Umaroh diserahkan kepada Abu Thalib. Kaum kafir kemudian membawa Nabi saw untuk dieksekusi.
Dengan tegas Abu Thalib menolak ide jahat tersebut. Dia katakan kepada kaym Quraisy. Selagi dirinya masih hidup. Tidak bakal pernah menyerahkan Nabi saw kepada pihak kafir Quraisy. Sekuat tenaga Abu Thalib hendak terus melindungi Nabi saw dalam mendakwahkan dinul Islam.

Sebutan Buat Nabi
Orang-orang kafir Quraisy bingung dalam menyebut ejekan kepada Nabi saw. Sebab, tidak ada yang cocok menurut Walid bin Mughiroh. Sebutan yang berisi ejekan itu jelas dialamatkan kepada Nabi saw. Seperti sebutan: dukun; majnun; penyair; dan penyihir. Semua ditolak oleh Walid bin Mughiroh selaku tetua yang saat itu berkumpul di dekat Ka’bah.
Hingga akhirnya disetujui, sebutan Nabi saw dengan penyihir. Mereka beranggapan banyak orang Mekkah yang terpikat dengan ucapan, akhlak, adab, dan penampilan beliau. Memang Nabi saw pemuda Quraisy saat itu. Namun cara berbicara beliau, akhlaknya, adabnya, dan penampilanya. Tidak lazim untuk tradisi orang-orang Makkah. Mengenai sepak-terjang Walid bin Mughiroh tersebut direkam dalam qur`an. Allah ta’ala berfirman, “Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian.11 Dan, Aku jadikan baginya harta benda yang banyak.12 Dan, anak-anak yang selalu bersama dia [Walid bin Mughiroh].13 Dan, Aku lapangkan baginya [rizeki dan kekuasaan] dengan selapang-lapangnya.14 Kemudian, dia ingin sekali supaya Aku menambahnya.15 Sekali-kali tidak [akan Aku tambah]. Sebab, sungguh dia [Walid bin Mughiroh] menentang ayat-ayat Kami [al-qur`an]” (Qs.al-Muddatstsir [74]: 11-16).

Ditekan Mendatangkan Simpatik
Dakwah Islam Nabi saw di Makkah menjadikan posisi beliau semakin terjepit. Orang-orang kafir Quraisy tinggal menunggu lengahnya Abu Thalib. Para tokoh kafir Quraisy sangat segan dengan keberadaan Abu Thalib. Sedangkan mereka yang tidak setuju. Sebagian besar dari mereka masih keluarga besar Nabi saw sendiri.
Memang demikianlah tantangan dakwah Islam, hingga hari ini selalu ditentang oleh: keluarga sendiri, sesama teman, orang munafik, orang kafir, dan setan (iblis). Maka, bagi para pelaku dakwah harus terus waspada selalu. Tidak boleh lengah. Tidak boleh lemah. Tidak boleh menyepelekan sesuatu. Hal itu dilakukan semata melindungi dakwah Islam hingga Hari Kiamat.
Tekanan yang bertubi-tubi dalam mendakwahkan agama Allah ta’ala. Nabi saw semakin bersemangat. Sehingga ejekan, cercaan, hinaan, cemo’ohan, ancaman, provokasi, dan intimidasi. Semakin memperkokoh dan meneguhkan posisi Nabi saw dalam berdakwah. Di samping itu kaum mustadh’afin Quraisy banyak yang bergabung dengan Nabi saw. Mereka simpatik dengan Nabi saw. Mereka mencintai Nabi saw. Lalu, mereka seiya-sekata sehidup semati mendukung dan membela dakwah Nabi saw.
Tak ketinggalan peran sahabat Abu Bakar. Pada masa-masa awal dakwah Islam di Makkah. Umar belum mukmin ketika itu. Di mana sahabat Abu Bakar r.hu membela Nabi saw. Ketika salah seorang kafir Quraisy hendak menyeret Nabi saw. Kekerasan fisik ditimpakan kepada Nabi saw. Alasan mereka, sebab Nabi saw sudah mengejek dan mencela berhala-berhala mereka. Mereka tidak mau disalahkan. Mereka maunya Nabi saw bergabung dengan mereka.
Yang ditakutkan para tokoh Quraisy. Sekaliber Abu Lahab. Dia tidak ingin pengelolaan sumur zamzama nantinya berpindah kepada Muhammad bin Abdullah keponakannya. Bagi orang seperti Abu Lahab. Semua roda dan sumber perekonomian Makkah harus di bawah kendalinya. Dia harus menguasai mesin uang tersebut.
Dia sangat khawatir. Jika pengikut Nabi saw semakin hari semakin banyak. Nantinya dapat merebut mata pencahariannya. Maka, dia tidak lagi punya mesin uang. Demikianlah kegalauan pikiran para tokoh feodalistik Makkah. Karenanya, mereka berketatapann hati Muhammad bin Abdullah saw harus lenyap.
Jadi, masalah kekacauan yang terjadi di Makkah. Sebenarnya lebih didasarkan pada masalah ekonomi, politik, dan sosial. Adapun keyakinan sekadar dijadikan bemper kaum kafirin guna merebut simpatik warga masyarakat Makkah

0 komentar:

Posting Komentar