![]() |
ilustrasi: dok. |
Kaki
merupakan anggota tubuh yang paling bawah bila kita sedang berdiri. Kaki juga
sebagai penopang semua anggota badan seluruhnya agar bias tegak benrdiri. Namun
kaki juga yang harus kesandung atau terantuk batu bila berjalan kurang
hati-hati.
Nyarug secara bebas bisa
diartikan, suatu kegiatan mengambil dan atau memindahkan sesuatu agar tidak
pada tempatnya, bisa juga dikatakan menggeser sesuatu dari tempat semula dengan
menggunakan kaki. Bedanya dengan kesandung adalah, kalau nyarug ini kegiatan kaki
yang disengaja sedang kalau kesandung tidak disengaja dan barang yang disandung
kadang juga tidak sampai bergeser. Sama-sama perilaku kaki namun dampaknya
sangat berbeda. Akibat kesandung, hampir semua anggota tubuh ikut merasakan,
bahkan mata saja yang jauh dari kaki ikut meneteskan air mata. Namun kalau
nyarug yang dilakukan, hanya kaki dan kepala saja yang merasakan. Artinya bahwa
kaki berbuat nyarug tersebut
jelas tidak secara reflek bergerak sendiri untuk nyarug. Namun karena nyarug
merupakan perbuatan
kesengajaan, maka jelas ada perintah dari kepala yang berisi otak sebagai pusat
pengendali syaraf seluruh tubuh. Sehahingga kalau ada kaki nyarug sesuatu sudah
jelas kepala tahu dan memang itu merupakan perintah dari saraf otak. Namun juga
sudah menjadi kebiasaan pula kalau kaki nyarug sesuatu, tentu kaki pula yang
disalahkan, bukanya kepala yang memerintahkan nyarug tersebut.
Lakon “Nyarug” inilah yang baru
digelar dalam pewayangan pemerintahan Indonesia dengan semangat pemberantasan
korupsinya. Namun ternyata, dalam alur ceritanya banyak kesalahan pakem dan
terkesan lambat dalam menuntaskan lakon tersebut. Tak jarang pula pementasanya
bisa mandeg atau dihentikan begitu saja kalau sudah mengarah pada diri sang
dalang dan keluarganya. Ironi memang, pementasan wayang pemerintahan Indonesia
ini, ternyata sang dalang juga ikut bermain jadi wayang pula.
Banyak kasus korupsi atau nyarug
uang rakyat di negeri ini pementasannya menyalahi pakem dan terkesan mandeg di
tengah jalan. Yang baru digelar dan masih hangat pementasanya adalah pagelaran
korupsi proyek-proyek olah raga. Penetapan tersangka sudah diumumkan, namun
belum juga dilakukan penahanan. Dalam kasus yang lain seorang bendahara partai
besar juga sudah dijebloskan ke tahanan beserta isteri dan teman-temanya,
termasuk mantan puteri Indonesia.
Diakui atau tidak, kegiatan
nyarugnya bersifat kemaruk alias murko bin tomak. Bagaimana tidak, seandainya
nyarugnya dengan kaki satu saja, maka masih bisa tetap berdiri, karena
nyarugnya dengan kedua kaki maka terjatuhlah tubuh ini. Hambalang iya, wisma
atlit iya, padahal Century masih terkapar, lumpur Lapindo sesak nafas,
simulator sim terseok-seok dengan banyaknya penyidik yang mengundurkan diri dan
ditarik kembali ke institusinya, dan masih banyak lagi.
Sudah menjadi lagu lama, bahwa
kegiatan nyarug ini yang dipersalahkan dan dijadikan tersangka tetap saja para
kaki, maka tidak segan dan malu sang kepala berani sesumbar untuk digantung di
Monas. Sang kepala merasa bersih walau memang dirinya tahu dan mungkin atas
perintahnya. Coba dibayangkan, orgnisasi sebesar itu, bendahara melakukan
nyarug sedang kepala dan tangan tidak mengetahuinya, sangat lucu memang lakon
nyarug kali ini. Sedang organisasi setingkat RT saja, semua keuangan baik yang
masuk atau keluar dari seorang bendahara RT, tercatat rinci dan atas
sepengetahuan serta persetujuan dari ketua RT. Maka tunggu saja saatnya rakyat
tidak mempercayai lagi kinerjanya dan bersiaplah tumbang sebagai mantan
organisasi besar. Tapi secara hukum alam memang demikian, kalau besarnya cepet
maka matinya juga cepet. Seperti tumbuhan cangkok atau okulasi yang tidak
tumbuh dari biji.
Kegiatan korupsi adalah kegiatan
nyarug yang penuh dengan unsur kesengajaan. Kaki nyarug hanya sebatas
menjalankan perintah, bukan reflek yang tanpa sepengetahuan otak kepala. Karena
masalah ini bukan kesandungnya kaki, maka kepala juga tidak ikut menangis
melalui bola mata. Dan menurut kelaziman pewayangan kita, siapa yang
nyarug itulah tersangkanya. Sehingga sebenarnya
para kaki yang sekarang jadi tersangka itu sedang nyarug masalah, bukan
kesandung masalah. Maka tunggulah pagelaran wayang ini sampai selesai, kalau
tidak keburu hujan lebat dan buyarrr…
hfudsfuyasrfwej
BalasHapus