×pt#uäur ãNçl°; ÞÚöF{$# èptGøyJø9$# $yg»uZ÷uômr& $oYô_{÷zr&ur $pk÷]ÏB ${7ym çm÷YÏJsù tbqè=à2ù't ÇÌÌÈ $oYù=yèy_ur $ygÏù ;M»¨Zy_ `ÏiB 9@ϯU 5=»oYôãr&ur $tRö¤fsùur $pkÏù z`ÏB Èbqããèø9$# ÇÌÍÈ (#qè=à2ù'uÏ9 `ÏB ¾ÍnÌyJrO $tBur çm÷Gn=ÏJtã öNÍgÏ÷r&
( xsùr& tbrãà6ô±o ÇÌÎÈ
“Dan, suatu tanda [ke-Mahakuasaan Allah] bagi mereka, adalah
bumi yang mati. KAMI hidupkan bumi itu. Kemudian, KAMI keluarkan dari bumi itu
biji-bijian. Maka, dari hasil bumi itu mereka makan.33 Lalu, KAMI jadikan
padanya kebun-kebun kurma dan anggur. Juga, KAMI pancarkan pada bumi itu
beberapa mata air,34 supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan
dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka, mengapakah mereka tidak
bersyukur?35” (Qs.Yasin [36]: 33-35).
Bumi
merupakan media kebangkitan umat manusia untuk menggapai ridlaNYA. Maka,
manusia yang tidak dapat menjaga amanah Tuhan YME yang berupa bumi dengan
segala kelengkapannya, ia pasti kelak dimintai pertanggung-jawaban olehNYA.
Kuncinya, “Kerja Cerdas”. Kerja
yang menjadikan masyarakat dan umat manusia menjadi: Sehat; Sejahtera; dan
Bahagia (SSB). Kerja yang menjadikan mereka yang bekerja hidupnya semakin SSB.
Keberadaan bumi tidak untuk
individual an sich. Tetapi, bumi harus dipergunakan di dalam pertemanan
tanpa tepi dengan bingkai kebersamaan (ma’iah) dan ke-kita-aan (nahniah).
Sehingga bumi benar-benar menjadi jalan pencapaian rahmatal lil alamin. Yakni,
segenap penduduk bumi CC dengan “Rahmah Kemanusian & Ramah
Lingkungan”.
“Kerja Cerdas” membutuhkan
semangat “ma’iah & nahniah”
sekaligus, karena bumi ini adalah bumi kita bukan bumi milik sekelompok ras
tertentu. Siapapun tidak dapat mengklaim bahwa mereka yang paling berhak atas
bumi. Setiap manusia dari kehidupan umat manusia justru harus terikat dan
mengikat kuat dengan Pertemanan Tanpa Tepi (PTT) yang terbingkai ke dalam
koridor semangat hidup rahmatal lil alamin.
Setiap orang yang hidup di dunia
tidak boleh mengedepankan dan mengembangkan ananiah (egoisme). Ananiah
adalah pangkal kerusakan diri sendiri sebab orang yang bersikap ananiah memiliki
kecenderungan cinta dunia (hubbud dunya). Apabila seseorang sudah
cinta dunia pasti ia serakah karena berhasrat hendak menguasai apa-apa yang dicintai.
Keserakahan itulah yang
menjadikan dunia mengalami krisis di semua lini. Bahkan, kerusakan berada di
depan mata apabila para penduduk bumi ini serakah.
Orang serakah mendahulukan
haknya dibandingkan mendahulukan kewajibannya. Padahal hidup di muka bumi ini
hendaknya secara seimbang lagi simultan mempraktekkan hak &
kewajiban.
Sebatas
Keperluan
Seorang manusia pasti SSB jikalau
ia CC dengan keseimbangan hidup meskipun kekayaan alam itu melimpah-ruah namun
sebatas keperluan di dalam menggunakan. Manakala berlebih-lebihan di dalam
menggunakan SDA pasti tata ekosistem mengalami persoalan serius yang berupa
ketidak-seimbangan karena telah terjadi pengrusakan.
Apabila para pemimpin dan para
wakil rakyat di Indonesia ini cerdas, sudah tidak jamannya melakukan ekploitasi
dan eksplorasi tambang. Sebab, Tuhan YME sudah menyediakan sumber energi buat
kehidupan umat manusia yang jauh lebih murah dan sifatnya berkelanjutan. Sebut
saja: sumber energi angin, sumber energi gelombang air laut, sumber energi
sinar matahari, sumber energi bio-kompos, dan sumber energi bio-gas.
Konteks Indonesia, semua sumber
energi tersebut sudah tersedia karena memang sudah disediakan oleh Allah ta’ala
sejak penciptaan bumi dan alam semesta. Para pendahulu kita sungguh cerdas sehingga
tidak mau didekte oleh orang-orang asing yang sebenarnya berlaku culas di dalam
menguras kekayaan alam Indonesia.
Silahkan mereka yang berkuasa
dan menjadi wakil rakyat suruh menjawab, apa sebenarnya keuntungan bagi bangsa
dan rakyat Indonesia dengan maraknya penambangan di negeri kita. Mereka sangat
menyengsarakan warga sekitar yang sebelum ada pertambangan sudah miskin di
tambah adanya pertambangan menjadi lebih sengsara.
Semangat Pembukaan UUD 1945
negara harus mampu memberikan jaminan untuk “Memajukan kesejahteraan umum” Sama
sekali bohong besar. Padahal para pendiri bangsa Indonesia modern tersebut
meletakkan garis perjuangan tersebut supaya para penguasa dan para wakil rakyat
secara serius harus memikirkan nasib rakyat bangsa ini.
Alfaqir yakin apabila setiap
orang Indonesia CC dengan hasil SDA dalam negeri, juga CC dengan produk-produk
dalam negeri, di dalam waktu yang sangat singkat Indonesia menjadi bangsa yang
mandiri. Hanya dengan semangat kemandirian bangsa Indonesia memiliki harga diri
yang telah lama hilang sejak jaman rezim orde baru. Yang mana rezim tersebut
mewariskan hutang dan rusaknya alam lingkungan. Ditambah pada orde reformasi
mereka memimpin negara dengan sekadar coba-coba. Praktis Indonesia mengalami
keterpurukan yang memalukan.
Negara yang SDA-nya sangat kaya
akan tetapi rakyatnya tidak makmur. Mengapa terjadi? Sebab, negara dipegang
oleh orang-orang yang tidak amanah di dalam mengelola negara. Akibatnya,
Indonesia benar-benar menjadi negara yang “salah kelola”.
Bukti utama yang sangat mencolok
bahwa negara Indonesia ternyata “salah kelola”. Sungguh aneh jika rakyat
Indonesia harus makan: buah impor, sayur impor, daging impor, ikan laut impor,
lucunya limbah dan barang bekas juga harus impor.
Di sisi lain, hasil tambang;
hasil hutan; dan hasil perkebunan harus diekspor ke negara-negara yang konon
disebut maju.
Sungguh sebuah pemandangan yang
ironi. Semua itu terjadi sebab berkali-kali rakyat selalu memilih para pemimpin
dan para wakil rakyat yang salah. 2014 nanti di dalam pemilihan umum rakyat
harus cerdas di dalam menentukan pilihan supaya negara tidak “salah kelola”
lagi.
Setiap orang Indonesia harus
sadar bahwa sangat mahal harga yang harus dikeluarkan hanya untuk “main-main”
di dalam membawa negara.
Setiap orang Indonesia harus
malu jika mentalnya hanya menghendaki menjadi orang kaya, sementara tidak
memikirkan bagaimana caranya orang lain dapat hidup kaya seperti dirinya.
Setiap orang Indonesia harus
paham benar bahwa banyak dari musuh negara yang tidak menghendaki Indonesia
menjadi bangsa mandiri. Mereka tahu jika Indonesia menjadi bangsa dan negara
yang mandiri maka mereka tidak dapat lagi mendekte Indonesia guna mengikuti
segenap kemauan mereka.
Alfaqir sangat yakin manakala
segenap warga bangsa dan seluruh rakyat Indonesia menggunakan produk-produk
dalam negeri, demikian juga hasil pertanian, perikanan, perkebunan, dan
kemandirian energi. Maka, negara seperti: Singapura dan Malaysia bakal ambruk
duluan.
Sebuah kenyataan jika
negara-negara Asean hidup dan lebih baik perekonomiannya sebab memanfaatkan
keteledoran dan kecerobohan para pejabat negara dan para wakil rakyat
Indonesia. Misalnya, salah urus hutan, salah urus laut, salah urus tambang,
salah urus pertanian, salah urus perkebunan, dan masih banyak yang salah urus
lainnya.
Tidak hanya Asean akan tetapi
Eropa dan Barat juga sangat tergantung dengan Indonesia.
Itulah sebabnya, mulai saat ini
bangsa Indonesia harus segera memiliki kemandirian energi, kemandirian pangan,
kemandirian air, kemandirian ekonomi, dan kemandirian sains &
teknologi.
Jangan pernah menjual ke negara
lain sebelum rakyatnya disejahterakan dan dimakmurkan lebih dahulu. Alfaqir
yakin apabila Indonesia sebagai bangsa dan negara mau “uzlah”, pasca “uzlah”
akan “Menjadi Diri Sendiri”. seperti yang dilakukan oleh negara-negara yang
sekarang memiliki GDP sangat besar. Sebut saja: China, Irlandia, dan Jepang.
Jangan
Semua Dipolitikkan
Eforia politik setelah
tumbangnya rezim orde baru sudah saatnya diteruskan dengan pembangunan semesta
di bumi Atala Nusantara.
Para politisi harus lego
legowo mau mengawal jalannya roda pembangunan yang menyejahterakan dan
memakmurkan segenap rakyat Indonesia. Jangan malah terus asyik-masyuk bermain
politik-politikan. Kapan membangun bangsa ini?
Misalnya, masalah pendidikan dan
kesehatan masyarakat biarkan keduanya berjalan sesuai dengan “fitrah”
pendidikan dan kesehatan masyarakat. Sebuah fakta di lapangan jika masyarakat
itu miskin maka mereka rentan dengan berbagai macam penyakit. Yang penyakit
tersebut dikarenakan nalar pikir yang salah di dalam mengonsumsi makanan dan
perilaku sehat masyarakat yang tidak tahu.
Mengapa sampai terjadi? Karena
negara tidak pernah memberikan kualitas pendidikan yang melahirkan orang
cerdas.
Yang banyak dilahirkan dari lembaga
pendidikan adalah para kuli yang terdidik. Bukan para ahli ilmu yang mencintai
ilmunya sehingga mereka mencintai bangsanya sebagai perwujudan syukur dengan
Tuhan YME.
Negara juga tidak pernah
bersungguh-sungguh di dalam memberikan jaminan kesehatan kepada segenap warga
negara. Akibatnya, rakyat Indonesia panen penyakit. Sehingga menggembirakan
negara-negara produsen obat dan anti virus. Di sisi lain negara membiarkan
rakyatnya menjadi “kelinci” percobaan negara-negara maju.
Pemandangan yang nyata sekaligus
memilukan jikalau orang-orang Indonesia sekarang ini perilakunya sudah
mengalami perubahan yang jauh dari nilai-nilai ketimuran.
Kita tidak usah menyalahkan siapapun.
Bagaimanapun yang salah tetap para pemimpin dan para wakil rakyat. Sebab,
negara tidak dapat memberikan jaminan apapun terhadap seluruh tumpah darah
Indonesia.
Sangat mendesak sifatnya yang mana “Kerja
Cerdas” harus segera dimiliki oleh segenap warga bangsa. Sehingga anugerah
Tuhan YME yang berupa daratan, lautan, sungai, udara, api, hutan, dan tata
ekosistem yang berupa Atala Nusantara dapat dikelola sesuai dengan kehendak
Tuhan menganugerahkan kepada segenap bangsa Indonesia hingga akhir jaman [ ]
0 komentar:
Posting Komentar