Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

KARUNIA SESUAI KESIAPAN HATI


وُرُوْدُ اْلإِمْدَادِ بِحَسَبِ اْلإِسْتِعْدَادِ
“Datangnya karunia Allah kepada seorang hamba sesuai dengan kesiapannya.
(Syaikh Ibnu ‘Atha’illah al-Assakandari ra, Syarhul Hikam hal. 87 baris ke-21)



Merupakan sunnatullah bahwa keberadaan sesuatu pada tempat yang selayaknya. Lebah pasti mudah kita dapati di putik-putik bunga. Sementara lalat pasti berada di tempat-tempat yang kotor dan berbau. Tidaklah mungkin lalat menyukai tempat yang berbau harum, demikian pula lebah tidak akan tertarik dengan tempat yang berbau tidak sedap.
Hati manusia sebenarnya adalah tempat yang ideal untuk menerima berbagai karunia Allah. Selama hati tersebut dijaga dan disiapkan dengan baik dan benar. Yakni dijaga keharumannya dan dibersihkan dari berbagai perkara yang mengotorinya. Sebelum Muhammad saw diangkat sebagai Rasul, dada beliau mengalami pembedahan tiga kali. Puncaknya ialah saat beliau hendak di-Isra’-mi’rajkan. Semua itu adalah bentuk penyiapan agar beliau layak menerima berbagai karunia yang istimewa.
Dari sini dapat dipahami bahwa  anugerah Allah hanya akan diberikan kepada orang yang mempersiapkan hatinya. Semakin bersih nan bening hati seorang insan (sebab wirid yang dijalankannya), semakin mengucur pulalah berbagai karunia dan anugerah Allah (waridullah) kepadanya. Karenanya ke-muwadhabah-an wirid merupakan hal yang diinginkan jika seorang hamba mengharapkan waridullah yang berkesinambungan.
Sebaliknya jika seorang hamba lebih cenderung mengikuti hawa nafsu dan enggan menjalankan kewajiban, maka hatinya akan menjadi kotor. Sedang hati yang kotor secara otomatis akan mengundang berbagai perkara yang tidak baik, persis seperti bau kotoran mengundang kedatangan lalat. Akhirnya kebaikan sesempura apapun dengan sendirinya juga akan menjauh darinya.  Karena itulah tatkala Imam Malik merasa ta’jub terhadap kecerdasan dan kemampuan pemahaman Imam Syafi’i yang luar biasa, ia berkata: “Sungguh aku tahu bahwa Allah telah mengkaruniakan cahaya di hatimu. Karenanya jangan sampai engkau padamkan cahaya itu dengan kemaksiatan”. Dalam bait syair Imam Syafi’i bertutur:
Ku mengadu pada Syekh Waki’ akan buruknya hapalan
 Ia menunjuki diri ini agar meninggalkan kemaksiatan
Beliau pun bertutur: Ingatlah ilmu adalah cahaya Ilahi
Pelaku maksiat tak mungkin diberi
Wallahu A’lam.

0 komentar:

Posting Komentar