Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Ibadah Kurban Mengajarkan Untuk Menjadi Orang Indonesia Yang Penuh Cinta Kasih Lagi Satun

Khutbah Nasional Pesantren Nusantara
 Ma’had TeeBee Indonesia (MTI)

Oleh:
Omda Romo Ajar (RA) Sidi Miftahulluthfi Muhammad bin Zain bin Aly al-Ya’quby al -Mutawakkily




اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ۷×
اَللهُ أَكْبَرُ كبيرا و الحمد لله  كثيرا
و سبحان الله بكرة و أصيلا

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي جَعَلَ هَذَا الْيَومَ مِنْ أَعْظَمِ اْلأَيَّامِ
أَشْـهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ 
وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَ نَبِيَّنَا مُحَـمَّداً عَبْدُهُ وَ رَسُولُهُ  
اَللَّــهُمَّ  صَلِّ  عَلَى  سَـيِّدِنَا مُحَــــمَّدٍe فِى اْلأَوَّلِيْنَ وَ اْلآخِرِيْنَ،  وَ عَلَى  آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً
أَمَّا بَــعْدُ، أَيُّهَا النَّاسُ أُوصِيْكُمْ وَ نَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ، إِعْلَمُوا أَنَّ هَذَا الْيَومَ يَومٌ عَظِيمٌ
شَرَّفَهُ اللهُ وَعَظَّمَهُ وَسَمَّاهُ يَومَ الْحَجِّ  اْلأَكْبَرِ، فَعَظَّمُوا مَا عَظَّمَ اللهُ مِنْ حُرْمَةِ يَومِكُمْ هَذَا بِاْلإِيثَارِ لِطَاعَتِهِ وَالتَّرَوُّعِ عَنْ مُسَاخَطِهِ وَمُخَالَفَتْهِ، قَالَ اللهُ I فى سورة الكوثر؛




Bismillãhi mã sya`allãh,
lã quwwata illa billãh,
Allãhu akbar 2x
Allãhu akbar wa li-llãhil hamd.

Inilah suasana pagi yang indah, sejuk, nyaman, dan menggembiraan setiap orang yang tidak mengalami kelainan jiwa. Di mana jiwa-jiwa yang sehat. Pagi ini merefleksikan bahwa hatinya memang benar-benar sehat. Hal itu ditandai dengan berkumpulnya kita di bumiNYA. Bersimpuh. Bersila. Duduk sama rendahnya. Di atas tikar, atau koran. Ada juga yang menggunakan sejadah. Bahkan, tidak sedikit, yang berada di trotoar-trotoar, atau jalan raya.
Anehnya, kita semua rela melakukan hal ini. Mengapa dapat terjadi? Karena kita mendahulukan iman ketimbang akal rasional. Iman yang membawa kita ke tempat ini. Demikianlah, apabila hati itu senantiasa diisi sekaligus dihiasi dengan: Tauhidullah; Taqwallah; Tawakkal ‘ala-llah; dan Ikhlasun niat dalam kehidupan sehari-hari.
Hati dan jiwa yang sehat. Setiap kali mendengar kumandang atau pekikan takbir, niscaya bulu kudu’ dan hatinya senantiasa bergetar serta jiwa-jiwa kemukminannya bergemetar. Di sebabkan sadar bahwa pada Idul Adh-hã terdapat peristiwa bersejarah, yang mahadasyat yang dididikkan Allah SWT kepada segenap umat manusia. Yakni, peristiwa keimanan yang terbingkai ke dalam ibadah qurban.
Di mana umat manusia diajarkan untuk selalu: bersabar, bersyukur, dan berpikir positif. Sehingga takdir Allah azza wa jalla dapat dijalankan dengan penuh kebanggaan, apa pun yang sedang dilakoninya. Seperti, yang telah dilakonkan oleh Nabiullah Ibrahim as dengan putra kesayangan beliau, Nabiullah Isma’il as.

Allãhu akbar 2x
Allãhu akbar wa li-llãhil hamd.

Kita semua harus sadar sesadar-sadarnya. Bahwa, apa-apa yang dilakonkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il, adalah wujud pembelajaran sifat kepada seluruh umat manusia, khususnya warga bangsa ini, agar benar-benar menjadi orang Indonesia yang CC (commitment & consistent) dengan sikap mental dan perilaku cinta-kasih lagi santun dalam kehidupan sehari-hari; di mana pun, kapan pun, ketika menjadi apa pun.
Itulah sebabnya, para bapak pendiri bangsa ini mendorong terjadinya praktek agama, dengan meng-idiologi-kan pesan dan nilai agama ke dalam Pancasila, yakni pada sila pertama, “Ke-Tuhan-an yang Maha Esa”.
Tujuannya, sangat sederhana, agar pesan-pesan langit dapat segera membumi. Di-azzam-kan, dengan semangat meng-esa-kan Allah ta’ala. Maka, sila ke-2 sampai sila ke-5, benar-benar dapat dilaku-amalkan oleh segenap warga negara Indonesia. Yang sudah barangtentu, dimotori atau diteladani dari para: eksekutif-nya, legeslatif-nya, dan yudikatif-nya. Sehingga warga masyarakat bangga di dalam melakukan keteladanan-keteladanan kepada para tokohnya.
Budi pekerti yang mulia. Dan, tatakrama terpilih yang dilakonkan Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il. Adalah, buah dari sikap mental dan perilaku keduanya di dalam meng-esa-kan Allah, atau “Meng-Allah-kan Allah”, guna CC di dalam “Menomor-satukan Allah”.
Namun semua menjadi bubrah tatanannya. Ruwet. Tidak jelas. Terbukti semakin banyak orang tidak mau mengakui kesalahan. Yang terjadi justru malah mencari kambing hitam. Anehnya, kesalahan dilakukan secara rame-rame. Bareng-bareng. Berjama’ah lagi. Mereka sudah tidak malu lagi. Semua itu terjadi karena syaraf warga masyarakat negeri ini, sebagian besar sudah terkena wabah virus “Keuangan yang mahakuasa”.
Money is everything. Uang adalah segala-galanya. Posisi Allah azza wa jalla begitu saja di kesampingkan. Celakanya lagi. Sistem sudah mengajari masyarakat negeri ini. Apabila menghadapi suatu masalah gunakan akal kalian. Mengapa tidak diajarkan kepada masyarakat, “Apabila menghadapi masalah seraplah dengan iman kalian.”
Apabila warga bangsa, pemerintah, dan negara CC dengan Pancasila. Setiap terjadi problem apa pun selalu menggunakan parameter iman. Sebab, Pancasila telah meng-idiologi-kan ke dalam sila “Ke-Tuhan-an yang Maha Esa”. Bahwa, problematika seberat apa pun, pasti mendapatkan jalan keluar, apabila CC dengan meng-esa-kan Allah.

Allãhu akbar 2x
Allãhu akbar wa li-llãhil hamd.

Ayyuhal ikhwah,
Setelah kita menunaikan shalat Idul Adh-hã. Segera datangi tempat-tempat penyembelihan hewan qurban. Sebab, di tempat itu terdapat banyak hikmah yang dapat diserap, guna melahirkan energi baru dalam mengisi sisa umur kita.
          Apalah arti pembagian daging qurban. Pembagian itu layak ditasarufkan kepada fakir, miskin, atau orang-orang yang merasa fakir dan merasa miskin. Akan tetapi yang diperoleh dari prosesi Idul Adh-hã. Mulai takbir semalam. Shalat id berjama’ah. Memotong hewan qurban. Kemudian, membagi daging qurban. Semuanya merupakan rangkaian pembelajaran sifat yang melahirkan hikmah.
          Seperti diketahui bahwa pilar hikmah itu, ada dua: Pertama. Cinta (habba) & Kedua. Kelembutan (hinãn). Kedua pilar hikmah tersebut terdapat dalam drama sosial, antara cinta seorang ayah dengan kelembutan seorang putra.
          Dalam konteks Indonesia, utamanya dalam perspektif kebangsaan; penguasanya penuh dengan cinta kasih di dalam menjalankan amanah kepemimpinannya, sedangkan rakyatnya dengan penuh kelembutan sepakat untuk ikut andil dalam proses bernegara, berbangsa, dan berpemerintahan.
          Meski hanya dengan tindakan yang sangat sederhana. Yakni, “tidak bohong dan tidak ngentit”. Mari awali dari diri kita masing-masing. Tanamkan dalam alam bawah sadar hingga lahir mindSET: “tidak bohong dan tidak ngentit”.
          Kelihatannya memang sepele. “Tidak bohong dan tidak ngentit”. Perlu diketahui, hancurnya bangsa Indonesia hingga mengalami multi krisis yang menahun seperti sekarang ini. Lebih dikarenakan, bohong dan ngentit sudah menjadi tradisi masyarakat yang konon terkenal relijius-spiritual. Akibatnya, mereka lupa dengan Allah ta’ala yang telah menciptakannya. Logikanya, jika seorang hamba itu lupa dengan Rabb-nya. Maka, pasti hamba tersebut lupa dengan dirinya sendiri. Sebagaimana difirmankanNYA, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat buat hari esok [akhirat]. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Mahamengetahui apa yang kalian kerjakan.18 Dan, janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah. Kemudian, Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.19 Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga. Penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung20” (Qs.al-Hasyr [59]: 18-20).

Allãhu akbar 2x
Allãhu akbar wa li-llãhil hamd.

Wahai saudaraku yang alfaqir banggakan, mari melalui pembelajaran sifat dari Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il. Segera amalkan sikap mental dan perilaku: Cinta Kasih & Santun.
Betapa rugi hidup di dunia yang hanya sekali. Tetapi hati dipenuhi dengan: iri, dengki, tamak, arogan, bengis, kasar, dendam, marah, dan lawwamah. Apabila cinta kasih & santun diamalkan dalam kehidupan sehar-hari. Yang dimulai dari diri dan anggota keluarga kita. Niscaya kehidupan orang itu: Sehat fisik-psikis; Sejahtera dhohir-batin; dan Bahagia dunia-akhirat. SSB inilah parameter keberhasilan di Indonesia.
          Dalam kehidupan sebuah keluarga. Keluarga dikatakan sukses, apabila kepala keluarga tersebut mampu melahirkan: keluarga yang sehat; keluarga yang sejahtera; dan keluarga yang bahagia.
          Dalam konteks kenegaraan. Sama. Negara dikatakan sukses. Dan, kepala pemerintahan dikatakan berhasil dalam pelasaknaan pembangunan nasional, apabila seorang kepala negara atau kepala pemerintahan mampu menciptakan kehidupan rakyatnya: yang sehat, yang sejahtera, dan bahagia. Sebagaimana dinyatakan dalam “Manajemen al-Fatihah”.

Allãhu akbar 2x
Allãhu akbar wa li-llãhil hamd.

Semenjak negara Indonesia diterpa badai krisis pada  tahun 1998 hingga detik ini. Belum ada tanda-tanda multi krisis tersebut berakhir. Sudah saatnya bangsa dan masyarakat Indonesia membangun karakter dan jatidirinya, dengan CC terhadap “5 Pilar Kemajuan Indonesia”. Yakni: 1).Agama; 2).Pancasila; 3).UUD 1945; 4).NKRI; dan 5).Bhinneka Tunggal Ika.  
Selama ini “5 Pilar Kemajuan Indonesia” tidak pernah dilaku-amalkan dengan sungguh-sungguh lagi benar. Sehingga banyak orang Indonesia yang sudah tidak lagi mencintai negerinya, sebagai anugerahNYA. Akibatnya, banyak warga bangsa yang mengalami kelainan jiwa. Buktinya, banyak orang sudah merasa kesulitan untuk dapat: Menomor-satukan Allah; Jujur; dan Ikhlas. Padahal hanya orang gila yang tidak lagi memperhatikan sikap mental dan perilaku: Menomor-satukan Allah, Jujur, dan ikhlas. Sehingga mereka asyik-masyik dalam perilaku-perilaku yang jauh dari koridor “5 Pilar Kemajuan Indonesia”.
          Alfaqir yakin dengan seyakin-yakinnya. Apabila “5 Pilar Kemajuan Indonesia” itu dilaku-amalkan dengan dengan dasar: cinta, kelembutan, memaafkan orang lain, berpikir positif, jujur, ikhlas, dan senantiasa menomor-satukan Allah. Dalam waktu dekat bangsa Indonesia pasti menemukan jatidiri dan karakter aslinya.
Nilai-nilai luhur, seperti: gotong-royong, gugur gunung, adat bersendikan syara’, berbantal ombak-berselimut angin-berpajung Allah, dan masih banyak kearifan lokal di negeri ini yang sebenarnya masih tetap relevan dengan kemodernan. Tetapi, dengan alasan modern, atau modernisasi. Segenap kearifan lokal, kearifan budaya, kearifan lingkungan, bahkan bahasa daerah sudah banyak yang punah. Padahal sejak lama bangsa Indonesia berprinsip, “Menjaga nilai-nilai lama yang masih bagus, tetapi menerima nilai-nilai baru yang lebih bagus; al-muhafadhatush shalih wal- akhdu bil-jadîdil ashlah.”
          Lima belas abad silam baginda Nabi saw telah mengingatkan kita, “Bila dunia ini laksana air yang menempel di telunjuk jari yang dicelupkan ke dalam lautan.” Sebagaimana difirmankanNYA, Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah di antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani. Kemudian, tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning. Kemudian, menjadi hancur. Di akhirat [nanti] ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaanNYA. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (Qs.al-Hadid [57]: 20).

Allãhu akbar 2x
Allãhu akbar wa li-llãhil hamd.

Wasiat khatib dari atas mimbar. Hati-hati dengan syahwat samar. Jangan sekali-kali kemanusiaan kita menjadi tawanan nafsu syahwat.
Seorang ‘abdullah harus selalu mempertajam adab dan akhlak. Dengan membiasakan mengedepankan perilaku sabar dan perilaku syukur, karena hendak menuju pencapaian hidup ukhrawi yang hakiki.
        Marilah kita mengoreksi diri, dalam rangka bercermin dan muhasabah ‘alan nafs atas segala tindakan, dan aktifitas yang telah kita lakukan selama ini.
Tidak usah menyalahkan orang lain, apalagi mencari ‘kambing hitam’. Saatnya sekarang ini semua kambing, baik hitam maupun putih yang memenuhi syarat qurban, untuk dijadikan sebagai hewan kurban.
Sebentar lagi darah-darah hewan qurban tersebut akan membasahi bumi pertiwi yang sangat kita cintai ini. Sebagai sarana kita untuk mendekatkan diri denganNYA.
        Kita harus selalu bersyukur karena ditakdirkan menjadi orang Indonesia. Terlebih menjadi orang Indonesia yang memiliki cinta-kasih lagi santun di dalam berperilaku di kehidupan sehari-hari. Karenanya, apa pun atau apa saja yang menjadikan diri kita tidak memiliki cinta-kasih lagi santun dalam berperilaku. Semata karenaNYA. Mari ditinggalkan bismillahRR, la quwwata illa billah.

وَ إِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِوا لَهُ وَ اَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ، قَالَ اللهُI فِى سُورَةِ الْكَوثَرِ؛
أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ،
!$¯RÎ) š»oYøsÜôãr& trOöqs3ø9$# ÇÊÈ Èe@|Ásù y7În/tÏ9 öptùU$#ur ÇËÈ žcÎ) št¥ÏR$x© uqèd çŽtIö/F{$# ÇÌÈ
وَ نَفَعَنِي وَإِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ،
وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ أَنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ،
وَجَعَلَنِي وَإِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِينَ،
أَقُولُ قَولِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ،
فَيَا فَوزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ -,

*Khatib adalah Pelayan di Ndalem Kasepuhan PeNUS MTI, juga Guru Besar Luar Biasa pada PeNUS MTI bidang ilmu-ilmu Islam, Sejarah Dunia dan Kesehatan Lingkungan. 

0 komentar:

Posting Komentar