Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Belajar Pada Kucing dan Tikus

*Zaenal Abidin el-Jambey 
Sahabat, ada sebuah pembelajaran yang sangat menarik bagi kita semua. Pelajaran dari makhluk Allah yang bernama Kucing dan Semut. Suatu hari di tengah musim kemarau Tikus dan teman-temannya mengeluh. Hal ini disebabkan makanan yang menjadi jatahnya di tengah musim yang serba sulit ini selalu dirampas oleh Kucing. Hingga suatu hari para tikus ini sudah tidak tahan lagi dengan ulah yang dibuat oleh Kucing tersebut. Diadakanlah rapat guna mengambil langkah-langkah strategis dalam menanggulangi kedhaliman yang dilakukan oleh Kucing itu.
Satu persatu para tikus mengutarakan pendapatnya. Mereka mengutarakan argument-argumen terbaiknya guna mengatasi sikap semena-mena dari kucing yang selalu merampas jatah makanan mereka. Setelah mengadakan rapat yang panjang dan melelahkan akhirnya diambil satu keputusan yang mereka anggap paling tepat dalam menghadang perbuatan Kucing. Keputusan itu adalah bahwa jalan satu-satunya untuk mengamankan jatah makanan para tikus adalah mengalungkan klintingan ke leher Kucing. Para tikus yang hadir di situ begitu gembira dan antusias atas ide cemerlang itu. Setelah ide itu benar-benar disepakati bersama. Para tikus yang hadir dalam rapat besar itu pulang ke rumah masing-masing.
Dalam perjalanan menuju rumah, mereka tampak gembira, sebab selama ini jatah makanan mereka yang selalu diambil oleh Kucing akan terlindungi dan aman. Kucing tidak akan bertindak seenak dan semaunya sendiri. Sampai di rumah, akhirnya para tikus itu bingung sendiri. Otaknya mulai berpikir. “Siapa yang mengalungkan klintingan itu di leher Kucing?????”.
Sahabat, membaca cerita Tikus dan Kucing di atas. Ada pembelajaran yang sangat menarik bagi kita. Di mana, mungkin kita sering mendengar banyak pihak-pihak yang berkeinginan menjadikan Indonesia menjadi negera Islam. Negara di bawah naungan khilafah. Bagus memang.  tapi ketika mereka ditanya negara islam yang seperti apa yang diharapkan. Jawabannya pasti negara islam  Madinah sebagaimana di jaman Rasulullah saw. Jika hal tersebut memang bisa diterapkan saya sungguh orang pertama yang akan mendukungnya. Masalahnya jika yang diinginkan model negara Islam Madinah di jaman Rasulullah seperti itu. Siapa yang harus menjadi Nabi? Siapa yang berhak atas tafsir al-Qur'an dan hadis?? Seperti kita tahu bahwa pemahaman orang mengenai islam itu berbeda-beda. Makannya ada NU, Muhammadiyah, HTI, dll. Itu tidak masalah, justru semakin menguatkan bahwa islam adalah agama yang kaya akan khazanah pemikiran. Tapi ketika ada kelompok-kelompok tertentu yang mengklaim bahwa merekalah yang paling berhak atas tafsir tunggal al-Qur'an dan hadis ini yang jadi masalaahnnya.
Maka hidup di negara Indonesia yang ditakdirkan oleh Allah swt menjadi negera yang plural ini kita harus bersyukur. Sebab para pendahulu-pendahulu kita bisa benar-benar membumikan ajaran islam. Islam Indonesia adalah islam yang santun, ramah dan rahmatan lil alamin. Dan memang seperti itulah sebenarnya agama kesayangan kita ini.
Sahabat, yang terpenting saat ini kita harus rukun. Kita rapatkan shaf persaudaraan kita karena Allah untuk izzul muslimin. Semoga tulisan sederhana ini bisa menjadi bahan reungan kita bersama. 

*Penulis adalah Shantri PeNUS MTI, juga Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya. 

0 komentar:

Posting Komentar