Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Aku Harus Memilih



*Zaenal Abidin el-Jambey 

Lantunan ayat suci al-qur’an yang terdengar merdu dan menggetarkan hati bagi para pendengarnya. Sungguh ia renungkan setiap kalimatnya. Matahari yang menampakkan keindahannya yang sebentar lagi akan kembali ke peraduannya setelah satu hari penuh menebar sinarnya di penjuru bumi sungguh membuat Atin tak henti-hentinya memuji Dzat yang menciptakan jagad raya ini. Benarlah jika manusia mau men-tadabburi setiap ayat-ayat-Nya di alam ini pasti akan mengenal-Nya. Tidak usah jauh-jauh seandainya manusia mau memikirkan dirinya sendiri dengan baik dan benar pasti tidak ada kata lain yang terucap bagi seorang hamba, kecuali memuji Tuhannya dengan sebenar-benarnya.
Atin melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapinya. Meskipun dalam waktu dekat ini dirinya harus segera memberikan jawaban terhadap tawaran kedua orangtuanya sebenarnya Atin masih ingin melanjutkan pendidikannya seperti halnya teman-temannya. Akan tetapi apa daya orangtua Atin tidak bisa memenuhi keinginan puterinya itu. Kedua orangtua Atin masih mempunyai tanggungan untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Yang sekarang masih duduk di bangku SMA dan SMP.
Dengan keadaan ekonomi orangtua Atin yang pas-pasan tidak mungkin dirinya bisa mewujudkan keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya ke Universitas Negeri di Surabaya. Biaya pendidikan yang mahal di negeri ini memang bisa mengubur impian putera-puteri bangsa ini untuk meraih impian melanjutkan pendidikan yang lebih tingggi lagi. Sementara para wakil rakyat yang digadang-gadang bisa memperjuangkan nasib wongcilik seolah tidur dengan nyenyaknya di kursi empuk di senayan sana.
“Bu Atin berencana pergi ke Surabaya untuk bekerja dengan Ida, boleh tidak?” pinta Atin kepada Ibunya.
“Untuk apa toh Tin?” Ibunya balik bertanya.
“Sebenarnya Atin ingin sekolah Bu, tapi biaya ndak ada, nah Atin ingin kerja, uangnya Atin tabung untuk kuliah tahun berikutnya. Dan insya Allah, aku juga bisa bantu Bapak dan Ibu kan?” jawab Atin mantab.
“Ndak usahlah Tin!”
“Kenapa Bu?”
“Kemarin Bapaknya Budi menemui Bapakmu, dia rencananya ingin menjodohkan Budi dengan kamu. Bapak dan Ibu tentu saja senang, Budi kan anaknya shaleh serta dari keluarga yang baik pula. Ibu dan bapak berharap kamu tidak menolak keinginan mulia keluarganya Nak Budi.”
Atin diam seribu bahasa mendengar dawuh ibunya tersebut. Dalam hatinya  Atin masih bimbang. Keinginannya sebenarnya dia ingin kuliah dulu setelah lulus S1 baru dia berencana untuk menikah. Tapi dirinya juga tidak bisa berkata ‘tidak mau’ pada orangtuanya. Ia tahu bagaimana anjuran agamanya. Di mana jika ada orangtua anaknya dilamar oleh seorang yang shaleh maka tidak ada alasan baginya untuk menolaknya. Demikian anjuran Nabi saw. Sebagai jebolan sekolah berbasis Islam Atin ingat betul hadis itu. Dirinya kini bingung harus bagaimana.   
Atin hampir saja nekat pergi ke kota untuk bekerja. Meskipun tanpa izin kedua orangtuanya. Tapi ia urungkan niatnya sebab apalah arti sukses dengan uang banyak jika tidak diridlai kedua orangtua. Sama sekali tidak ada gunanya.

*****
Panggilan Allah untuk para hamba-Nya yang beriman telah berkumandang. Atin segera mempersiapkan diri untuk mengikuti jamaah Shalat Maghrib. Ia langkahkan kakinya menuju mushala yang tak jauh dari rumahnya. Dalam sujudnya Atin memohon kepada Rabb-nya supaya bisa melanjutkan pendidikannya. Atin tahu saat sujud itulah saat terdekat antara seorang hamba dengan Tuhannya. Di mana manusia mulia Rasulullah saw mengabarkan bahwa saat sujudlah saat di mana tidak ada sekat lagi antara Tuhan dan hamba.
Sehabis Shalat Maghrib berjamaah Atin segera pulang. Tanpa diduga ia berpapasan dengan Budi, tampaknya Budi akan berangkat mengaji. Ya di dusun Atin tinggal, mungkin hanya Budi sajalah pria dewasa yang masih mau mengaji. Yang lainnya adalah anak-anak usia SD-SMP. Pandangan mereka berdua bertemu dalam sekejap. Entah kenapa Atin merasakan perasaaan berbeda dari biasanya. Ia merasa Budi adalah orang yang sangat dekat dengan dirinya. Perasaan ini tidak ia temukan dalam hari-hari sebelum ini ketika bertatap pandang dengan Budi. Apakah sedahsyat itukah efek memandang lawan jenis? Mungkinkah sebab itu Allah swt dalam al-qur’an memerintahakan para hamba-Nya untuk menahan pandangan. Begitu juga Rasulullah saw yang dengan tegas memerintahakn kaumnya agar menjaga pandangan dan kemaluan. Beliau juga menganjurkan untuk segera menikah bagi para pemuda yang telah mampu. Agar pandangan dan kemaluannya terjaga. Entahlah yang jelas rasa itu begitu halus menyusup dalam relung-relung hati Atin.

******
Dinginnya malam yang membuat siapa saja semakin nyenyak tidur dengan balutan selimut tebal tidak berlaku bagi Atin. Di tengah dinginnya malam ia tidak pernah sedikitpun absen untuk melakukan qiyamullail kecuali memang dirinya dalam keadaaan haid. Bagi orang yang beriman qiyamullail adalah sarana berkomunikasi seorang hamba dengan Rabbnya. Sang hamba merasa lezat di kala munajat dengan Penciptanya. Ia berdoa, beristighfar, bertasbih, dan memuji Sang Pencipta. Dan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sesuai dengan janji-Nya, akan mencintai hamba yang mendekat kepada-Nya dan Dia pun pasti akan mengabulkan permintaan hamba-Nya yang memohon, utamanya di sepertiga malam yang terakhir. Hal itulah yang disampaikan insan termulia Rasulullah saw dalam banyak sabdanya salahsatunya seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Ahmad, “Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya); dan itu setiap malam.”
Atin tentu tidak ingin melewatkan waktu yang sangat mustajabah itu. Meskipun dinginnya udara malam akan membelai siapa saja untuk berlama-lama di tempat tidur dengan balutan selimut di sekujur tubuh. Sudah tujuh hari berturut-turut dia shalat istikharah. Dan malam ini adalah malam terakhir. Atin berharap semoga langkah yang ditempuhnya berdasar istikharah adalah langkah terbaik unutk kebaikannya di dunia dan di akhirat kelak.
Setelah membaca doa istikharah. Atin memohon kepada Allah swt langkah mana yang harus ditempuh. Dia ingin yang terbaik. Menerima tawaran keluarga Budi atau tidak. Setelah diam beberapa saat ia tetapkan langkah apa yang harus ditempuhnya. Ia yakin langkah inilah langkah yang terbaik.
Atin melirik jam dinding  yang ada di sampingnya ternyata masih jam 03.30 waktu subuh masih 45 menit lagi, sambil tersenyum kecil ia menuju ke tempat tidurnya. Tak lupa Ia pasang alarm pada HP-nya agar tidak ketinggalan jamaah shalat shubuh.
*****
Pagi itu tampak cerah matahari dengan senyumannya yang menghangatkan penduduk bumi. Dia tidak pernah mogok sehari pun untuk menyinari bumi. Ia selalu tunduk dengan perintah Tuhan-nya. Tak pernah lelah menebar aroma kehangantan bagi penduduk bumi. Itulah salah satu ayat kauniyah-Nya untuk manusia supaya total dalam pengabdian kepada-Nya. Tak jauh berbeda dengan cerahnya pagi itu, Atin pun nampak sumringah ia ingin segera menyampaikan hasil istikhrahnya kepada orangtuanya.
”Bu, Atin dalam beberapa hari ini sudah istikharah.”
” Terus hasilnya Tin?” ibunya menyela.
”Atin putuskan untuk menerima lamaran keluarga Mas Budi Bu!”
”Alhamdulillah............................”
Ibu dan Bapak Atin tampak gembira dengan keputusan anak mereka. Bukan sebab Atin mau menerima lamaran dari keluarga Budi. Tapi mereka bangga dengan anak perempuannya itu. Meskipun hanya tamatan Madrasah Aliyah perangainya dan akhlaknya sangat membanggakan kedua orangtuanya. Selama ini sekiranya Atin akan mengambil keputusan yang ia anggap penting tidak pernah lupa ia shalat istikharah.  Ya, memang seperti itulah seharusnya seorang muslim-muslimah. Dalam setiap langkah yang akan ditempuh selalu meyertakan Allah bahkan dalam naik turunnya nafas, berkedipnya mata sampai berdetaknya jantung sekali pun. Semuanya selalu Allah disertakan oleh seorang muslim-mukmin.
Sekarang Atin telah bersiap memulai babak baru dalam kehidupannya. Akhlakul karimah yang telah ia perjuangkan dalam dirinya selama ini. Pasti ia berharap untuk terus memiliki akhlak tersebut. Sampai dirinya bersanding dengan Budi nanti. Berbakti dengan suami dan berharap bisa bersama selamannya di dunia dan di akhirat sebagai sepasang kekasih yang dirahmati oleh Allah. Bukan hanya Atin tapi semua orang di dunia pasti menginginkan hal itu. Menjadi pengantin di surga dengan isteri isteri tercinta di dunia.  

*Cerpenis adalah Shantri PeNUS MTI, juga mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.

0 komentar:

Posting Komentar