Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

WASPADAI KELIHAIAN NAFSU

Bagian nafsu dalam kemaksiatan begitu jelas dan nyata, sedang bagian nafsu dalam ketaatan sangat samar nan rapi. Dan tentu saja mengobati penyakit nafsu yang samar merupakan kesulitan tersendiri”
                                                                (Syarah Hikam II/4 baris ke-26)


Nafsu bagaimanapun juga nafsu. Watak dasarnya sangat sulit berubah. Ia tidak mengenal lelah dan putus asa untuk memperoleh bagiannya, di samping ia begitu cuek terhadap hak-hak yang harus dipenuhinya. Jangankan dalam kemaksiatan, dalam ketaatanpun tidak sungkan-sungkan ia selipkan kepentingannya dengan begitu rapi hingga nyaris tidak terdeteksi. Hanya bagi mereka yang mawas diri dan sudi meneliti gerak-gerik hati sajalah yang dapat merasakan kebenaran watak jelek nafsu ini.
Jika anda begitu semangat dan merasakan kelezatan suatu ibadah tapi tidak demikian dengan ibadah yang lain yang semestinya keutamaannya lebih banyak; misalnya anda begitu semangat dalam menuntut ilmu namun enggan berbakti kepada orang tua, atau anda sangat menikmati berpuasa sunnah namun malas membaca al-Qur’an maka itu merupakan indikasi bahwa dalam ibadah yang penuh semangat tersebut terselip  kepentingan nafsu anda.
Untuk mendeteksi ke-nimbrung-an nafsu dalam ibadah diperlukan keteletian tersendiri dan tidak boleh diremehkan begitu saja. Karena terkadang seakan-akan nafsu memperlihatkan bahwa yang ingin ia peroleh adalah taqarrub ilallah, padahal ujung-ujungnya tidak lain hanyalah perhatian manusia kepada anda dan ketenaran kesholehan anda di kalangan mereka. Maka tidak ada kata lain kecuali jangan pernah berhenti mencurigai nafsu; Diceritakan dari Abu  Muhammad al-Murta’isi, ia berkata, “Aku mencari argument untuk bertajrid (fokus beribadah), namun ternyata semua itu rasa-rasanya telah terkontaminasi oleh nafsuku yang turut ambil bagian di dalamnya. Ceritanya begini: “Suatu hari ibu menyuruhku menuangkan segelas air minum untuknya. Lalu nafsuku merasa enggan melakukannya. Dari situ aku ketahui bahwa nafsu mulai nimbrung dalam keinginanku fokus beribadah. Buktinya, jika nafsuku benar-benar telah tunduk diajak beribadah tentu menuangkan segelas minuman untuk sang ibu tercinta bukanlah hal berat, karena hal itu juga merupakan perintah syari’at. Lalu kenapa aku malah ingin melakukan ibadah yang lain, bukankah semuanya adalah ibadah yang tidak boleh dipilah-pilah dan dipilih-pilih.” Wallahu a’lam

1 komentar: