Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

SENYUM & OPTIMIS

Oleh: Drs Nadjib Sulhan
Alhamdulillah, kita masih diberi kesempatan oleh Allah swt untuk menikmati hidup ini. Tahun 2010 telah berlalu dan berganti tahun 2011. Pergantian tahun menunjukkan bahwa usia manusia telah bertambah. Ini artinya masa kehidupan di dunia semakin berkurang.
Banyak pengalaman yang dijumpai pada tahun 2010. Ada pengalaman yang menyedihkan ada pula yang membahagiakan. Berbagai bencana mendera bangsa hingga banyak yang tak berdaya. Begitu juga yang kita alami, kadang suka kadang duka. Apapun yang pernah terjadi adalah pengalaman dan pelajaran agar manusia terus memperbaiki diri.
Biarkan kesedihan dan ujian di masa lalu itu datang berantai.  Pelajari apa yang sudah terjadi. Kita masih mempunyai keyakinan bahwa waktu terus berjalan maju dan tidak akan surut ke belakang. Pandang hidup ini ke depan dengan penuh optimis. Tersenyum dengan penuh keyakinan.
Thomas Alfa Edison pernah berkata, ”Senyum itu cepat meresap masuk ke dalam diri Anda dan menjadikan Anda merasa senang dan dapat membangkitkan spirit.” Ini menunjukkan bahwa remaja yang optimis terpancar pada aura wajahnya. Wajah yang senantiasa tersenyum melambangkan remaja yang mempunyai masa depan. Sedangkan remaja yang selalu cemberut dalam dirinya ada belenggu untuk sukses.
Cobalah kita renungkan ajaran rasulullah setelah bangun tidur. Ketika bangun tidur kita diajari untuk selalu  berdoa kepada Allah. Doa yang mengandung nilai-nilai rasa syukur dan optimis dalam hidup ini.

     Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah mematikan kami dan hanya kepada-Nyalah kami kembali. (HR Muslim ).

        Doa yang kita baca ketika bangun tidur merupakan ungkapan rasa syukur. Setelah semalaman kita dimatikan sementara, dilupakan dengan urusan dunia, tiba-tiba di pagi hari itu dibangunkan kembali. Tidak sulit bagi Allah untuk membuat seseorang tidur selamanya, tetapi dengan kasih sayangnya, umur manusia ditambah dengan cara dibangunkan kembali.
        Orang-orang yang optimis, bangun tidur penuh dengan kegembiraan, penuh dengan keyakinan untuk melangkah. Di wajahnya pun tersungging senyum kemenangan. Sementara orang-orang yang pesimis, bangun tidur penuh dengan beban. Agenda yang ada di kepala justru membuat seseorang malas bangun. Takut menghadapi kenyataan di depan mata.
        Apa sebenarnya yang dirasakan saat bangun tidur? Apakah kita ini  tergolong yang ingin segera bangun atau justru yang malas? Bagi orang  yang ingin segera bangun, apa alasannya? Begitu pula, jika seseorang malas bangun apa alasannya? Diri sendiri yang tahu bagaimana sikap terhadap hari-hari yang dijalani.
        Awal yang indah saat bangun tidur akan membuka hati untuk melangkah selanjutya.           Orang-orang yang optimis  adalah orang-orang yang menyenangkan dan suka tersenyum. Untuk itu bukalah hari-harimu dengan senyum. Apa saja akan mudah didapatkan jika hatimu tentram dan senang. Itu semua ditandai dengan senyum ketulusan dan  kejujuran penuh optimis.
Senyum itu pekerjaan yang ringan dan bernilai ibadah, namun demikian perlu untuk dilatih. Tidak semua orang memiliki senyum yang tulus. Jika sejak masa kecil dan masa remajanya tidak terlatih untuk tersenyum, maka senyum menjadi barang yang mahal.
        Senyum sangat terkait dengan hati. Hanya hati yang menyimpan rasa cinta yang bisa senyum tulus. Hati yang penuh optimis yang memiliki senyum. Apa sih sebenarnya yang membuat orang enggan untuk tersenyum? Sebenarnya senyum menjadi cermin seseorang. Orang yang susah tersenyum adalah orang-orang yang sudah mulai kehilangan cinta, orang yang mulai kehilangan rasa empati, kehilangan rasa peduli pada sesama dan kedilangan rasa optimis dalam menapaki hidup.
                Senyum memberikan peluang seseorang untuk membangun citra diri. Aura senyum dapat mengungkap tabir hati. Batapa indahya orang yang membiasakan tersenyum. Karena senyum keramahan rasulullah Muhammad saw, beliau menjadi pemimpin yang dicintai. Tidak ada manusia yang senyumnya melebihi senyum rasulullah. beliau adalah manusia yang murah senyum. Dan senyum yang sitebar adalah senyum ketulusan, senyum kejujuran, senyum yang mampu membangun masa depan dengan penuh optimis.   

WASPADAI KELIHAIAN NAFSU

Bagian nafsu dalam kemaksiatan begitu jelas dan nyata, sedang bagian nafsu dalam ketaatan sangat samar nan rapi. Dan tentu saja mengobati penyakit nafsu yang samar merupakan kesulitan tersendiri”
                                                                (Syarah Hikam II/4 baris ke-26)


Nafsu bagaimanapun juga nafsu. Watak dasarnya sangat sulit berubah. Ia tidak mengenal lelah dan putus asa untuk memperoleh bagiannya, di samping ia begitu cuek terhadap hak-hak yang harus dipenuhinya. Jangankan dalam kemaksiatan, dalam ketaatanpun tidak sungkan-sungkan ia selipkan kepentingannya dengan begitu rapi hingga nyaris tidak terdeteksi. Hanya bagi mereka yang mawas diri dan sudi meneliti gerak-gerik hati sajalah yang dapat merasakan kebenaran watak jelek nafsu ini.
Jika anda begitu semangat dan merasakan kelezatan suatu ibadah tapi tidak demikian dengan ibadah yang lain yang semestinya keutamaannya lebih banyak; misalnya anda begitu semangat dalam menuntut ilmu namun enggan berbakti kepada orang tua, atau anda sangat menikmati berpuasa sunnah namun malas membaca al-Qur’an maka itu merupakan indikasi bahwa dalam ibadah yang penuh semangat tersebut terselip  kepentingan nafsu anda.
Untuk mendeteksi ke-nimbrung-an nafsu dalam ibadah diperlukan keteletian tersendiri dan tidak boleh diremehkan begitu saja. Karena terkadang seakan-akan nafsu memperlihatkan bahwa yang ingin ia peroleh adalah taqarrub ilallah, padahal ujung-ujungnya tidak lain hanyalah perhatian manusia kepada anda dan ketenaran kesholehan anda di kalangan mereka. Maka tidak ada kata lain kecuali jangan pernah berhenti mencurigai nafsu; Diceritakan dari Abu  Muhammad al-Murta’isi, ia berkata, “Aku mencari argument untuk bertajrid (fokus beribadah), namun ternyata semua itu rasa-rasanya telah terkontaminasi oleh nafsuku yang turut ambil bagian di dalamnya. Ceritanya begini: “Suatu hari ibu menyuruhku menuangkan segelas air minum untuknya. Lalu nafsuku merasa enggan melakukannya. Dari situ aku ketahui bahwa nafsu mulai nimbrung dalam keinginanku fokus beribadah. Buktinya, jika nafsuku benar-benar telah tunduk diajak beribadah tentu menuangkan segelas minuman untuk sang ibu tercinta bukanlah hal berat, karena hal itu juga merupakan perintah syari’at. Lalu kenapa aku malah ingin melakukan ibadah yang lain, bukankah semuanya adalah ibadah yang tidak boleh dipilah-pilah dan dipilih-pilih.” Wallahu a’lam

BUKTI MA'RIFAT, FANA' DAN CINTA

مَنْ عَرَفَ الْحَقَّ شَهَدَهُ فِي كُلِّ شَيْئٍ وَمَنْ فَنَي بِهِ غَابَ عَنْ كُلِّ شَيْئٍ وَمَنْ أَحَبَّهُ لَمْ يُؤْثِرْ شَيْئًا

"Barangsiapa mengenal (makrifat) Allah Yang Maha-haq niscaya menyaksikan-Nya pada segala sesuatu. Barangsiapa sirna (fana) dengan-Nya niscaya tidak tidak memperhatikan segala sesuatu selain-Nya. Dan barangsiapa cinta (mahabbah) kepada-Nya niscaya tidak mengutamakan segala sesutu."
Syarh Hikam II/9; baris ke-2

Inilah standar bagi  ketiga maqam (derajat suluk); yaitu maqam ma'rifat (mengenal Allah), maqam fana' (sirna dengan atau karena fokus pada Allah) dan maqam mahabbah (mencintai Allah). Karena begitu mulianya, ketiga maqam tersebut sangat digandrungi oleh siapa pun sehingga tidak sedikit dari kalangan berilmu yang mengklaim telah mencapai salah satunya, entah karena ambisi yang begitu tinggi atau karena dorongan nafsu yang terselubung. Dan dari kalangan awam (pesuluk pemula) juga ada yang merasa telah menapakinya, atau percaya begitu saja kepada orang yang mengaku-ngaku telah mampu mencapai  maqam-maqam itu. Tentu saja untuk kalangan awam ini, faktor yang paling dominan adalah karena kebodohannya semata. Maka lalu muncullah orang-orang yang berbuat dan bersikap aneh-aneh; ada yang mengaku menjadi nabi, wali atau Imam Mahdy.
Karenanya mengenal dengan baik dan benar terhadap standar-standar baku ketiga maqam tersebut sangat dibutuhkan; Bahwa orang yang telah mencapai maqam makrifat pasti akan melihat (syuhud) Allah dibalik segala sesuatu dan setiap peristiwa. Tatkala melihat buah-buahan, ia tahu bahwa Allah-lah yang menciptakannya, tatkala merasakan kelezatan makanan dan minuman, ia mengerti bahwa Allah-lah yang mewujudkannya. Tatkala terjadi suatu peristiwa (yang menyenangkan maupun yang menyusahkan), ia sadar bahwa Allah-lah yang menghendakinya. Alhasil, baginya tidak sesuatupun dan satu pun peristiwa yang lepas dari kehendak-kuasa-Nya. Orang yang telah sampai ke maqam fana' tentu perhatiannya sama sekali tidak tertuju dan bertumpu kepada makhluk. Tidak pernah menyandarkan segala bentuk keinginan dan harapan kepada selain Allah. Fokus perhatiannya hanya kepada-Nya semata, tidak yang lain. Dan orang yang telah menapaki maqam mahabbah akan senantiasa mementingkan Dzat yang dicintainya, Allah 'Azza wa Jalla. Di hatinya segala sesutau selain-Nya tidak akan memperoleh tempat untuk diutamakan atau dipentingkan. Pokoknya hanya Allah; dari, karena dan untuk-Nya semata.
Jadi jika kita merasa atau melihat orang lain mengaku telah mengaku telah mencapai salah satu atau ketiga maqam tersebut, tetapi tidak sesuai dengan standar yang telah dipaparkan di atas maka itu hanyalah pengakuan kosong belaka.Wallahu A'lam