Blogger news

Majalah MAYAra adalah majalah donasi internasional yang berbasis keilmuan tanpa memandang golongan bermodalkan persaudaraan. Bersama Boleh Beda. Allahu Akbar...!!!

Puisi-Puisi Abdul Wachid B.S.




LAPAR, DAHAGA, BIANGLALA

Selain lapar dan dahaga
Selain derita dan nestapa
Apa yang kuperoleh dari masokisme ini
Apa yang kuraih selain perih ini?

Aku tarawih tak berasa tarawih
Aku tadarus tak menggerus rakus yang lebih
Aku jamaah subuh tak ngurangi maksiat kambuh
Aku dengan keakuan yang tak sembuh-sembuh

Aku shalat lalu sujud
Tapi pikiran dan perasaanku saling berebut
Meminta ruang untuk dimanjakan
Meminta waktu untuk pesta perayaan

Aku begitu gembira
Lebaran sebentar lagi tiba
Kesakitan-kesakitan badan dan jiwa
Akan jadi merdeka

Tetapi, tetapi di sudut sunyi ruhani
Di dalam lapis hati yang paling inti
Ada seorang ibu tua serba putih
Kepadaku ibu itu menagih

"Anakku, betapa gerimis senja
Tatkala engkau berdiri di jendela
Tubuh mungilmu kuseka dengan airmata
Engkau pernah bertanya

"Ibu, kenapa aku harus lapar dan dahaga
Sedang gerimis senja itu tak pernah dahaga
Sedang tanah ini tak pernah lapar
Sedang hujan siapkan makanan air menghantar?

"Anakku, dalam lapar dan dahaga yang sempurna
Kelak engkau akan mampu terbang ke sana
Meniti tangga-tangga bianglala
Dan bidadari yang berterbangan itu akan menyambutmu di surga."

Dan kini barulah kungerti
Di tiap lapis-lapis bianglala hidup ini
Ada lapar dan dahaganya sendiri
Yang meminta diri untuk menahan diri

Hingga kelak
Aku tersungkur
Dan hanya
Memeluk bianglala

Yogyakarta, 7 September 2010


BERGANTUNG

Ketika kuangkat tanganku dalam takbiratul ikhram
Betapa aku ngrasa tak pantas
Berharap meminta yang pas
Tersebab aku telah tenggelam

Ketika hadir di pengajian-pengajian
Betapa semua dan segala kata
Menghunjam ke dalam lubuk hati yang jelaga
Tersebab aku tersindir sendirian

Tetapi, tetapi, kepada siapa lagi
Aku berharap keselamatan
Tengadahkan tangan akan rejeki
Jika bukan kepada-Mu, Tuhan?



Yogyakarta, 27 Agustus 2010



Rindu Ibu


Ibu,
di ambang bulan, di ramadhan ini
di dini hari di saat subuh menanti
kulayangkan fatihah berkali kepadamu
mataair airmata bermuara
                                       diharubiru rindu

Ibu,
di pintu bulan, di ramadhan ini
di pagi di saat subuh berganti mentari
kutelponkan ungkapan ampun nurani kepadamu
batu-batu kali batu-batu hati terkikis
                                       tersedu airmata rindu



Yogyakarta, 21  Agustus 2009

Pendidikan Akhlak Lewat Kisah



Oleh: D. Zawawi Imron
Di Indonesia dulunya, dongeng merupakan cerita yang hidup di tengah-tengah masyarakat agraris. Bila bulan purnama datang dengan bentuknya yang bundar keemasan, anak-anak menggelar tikar di halaman rumah. Nenek atau kakek mendongeng di atas tikar dengan dikelilingi oleh cucunya. Kemudian angin sepoi bertiup mendesirkan daun-daunan. Sungguh, peristiwa yang romantis! Pada saat seperti ini, kerekatan dan kekerabatan menemukan bentuknya dengan berintikan jalinan kasih sayang antara generasi tua dan generasi penerusnya. Dongeng yang kadang-kadang berupa fable yang mengisahkan tentang satwa akan sangat membantu rasa sayang pada binatang dan juga cerita tentang manusia yang bisa menjadi contoh teladan bagi kehidupan. Tidak kurang pentingnya adalah cerita tentang para rasul dan nabi serta ketauladanan para sahabat yang mulia. Cerita-cerita yang mengandung ajaran akhlak mulia seperti itu sangat dibutuhkan untuk membentuk kepribadian anak-anak dan para santri. Bahkan dalam pengajian-pengajian kisah teladan yang mengandung hikmah perlu disampaikan untuk memberi pencerahan.
Dalam penelitian, dongeng ternyata menyimpan banyak kearifan moral yang bisa mengetuk dunia rohani manusia, termasuk anak-anak, untuk melihat kehidupan di dunia ini dengan pandangan yang bertumpu pada hati nurani. Sebab, pada umumnya ajaran yang terdapat pada dongeng adalah kejujuran, kasih-sayang sesama manusia, dan kasih-sayang pada makhluk hidup, termasuk hewan dan tumbuhan.
Seorang pengamat Barat, Lewis Caroll mengatakan bahwa dongeng adalah “tanda kasih”. Berkisah dan mendongeng adalah memberi hadiah – tanda kepedulian dan keterbukaan. mendongeng adalah memberi kesadaran pada pendengar tentang pengertian dan perasaan takjub, misteri dan penghormatan pada kehidupan. Karena itu, saya sangat gembira pada usaha anak-anak muda yang berupaya menghidupkan kembali dongeng-dongeng dengan mengadakan lomba dongeng. Usaha seperti itu tidak lain adalah wujud dari kepeduliaan para warisan budaya yang sengaja diorientasikan kepada tantangan masa depan dengan mengetengahkan tema mencintai kemanusiaan, satwa dan tumbuh-tumbuhan.
Ketika banyak orang-orang yang sudah tidak peduli kepada budaya warisan leluhurnya, sementara kearifan dari luar juga tidak diraup, maka upaya melestarikan kearifan tradisional yang masih relefan dengan masa depan dan perkembangan jaman sudah tentu punya nilai yang sangat berharga, karena menunjukkan bangkitnya tanggung-jawab kebudayaan. Usaha ini saya nilai sebagai langkah pertama yang harus disusul dengan langkah-langkah berikutnya. Saya berharap semoga generasi muda yang tampil hendak merevitalisasi warisan budaya itu tetap tegar dengan tanggung-jawabnya dan terus melangkah menuju hari esok dengan senyum optimis. Kata pepatah lama, biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu – berbantal ombak berselimut angin menuju cita-cita mulia. Semoga usaha kebudayan ini mendapat sambutan dari masyarakat terutama untuk kembali mengangkat dongeng sebagai salah satu bentuk sastra lisan yang nuansa-nuansanya akan sangat berguna dalam memperkokoh jati diri kebudayaan bangsa dalam era globalisasi yang penuh tantangan.
Dengan diupayakan dongeng sebagai ungkapan kasih-sayang tentu saja para ibu dan guru diharapkan bisa dengan senang menghadiahkan dongeng kepada anak-anak tercinta. Ungkapan kasih-sayang berupa dongeng nantinya akan membentuk watak dan karakter berdasarkan pesan-pesan budi pekerti yang terkandung di dalam dongeng. Tidak ada salahnya kalau anak-anak yang kini masih hijau dan senang dongeng nantinya menjadi teknolog dan teknolokrat yang berakhlak mulia, yang merasa berhutang budi kepada orang tua dan guru yang mendidiknya. Bukankan akhlak mulia itulah yang membuat kehidupan ini menjadi tentram? Kita tidak ingin kehilangan warisan budaya yang berharga. Apalagi, kita memandangnya masih sangat relevan dengan pembangunan jati-diri bangsa yang menuju hidup mulia.

SALAFI WAHABI DIGUGAT ULAMA SEJAGAD



Rasanya tak ada kata jera buat salafi wahabi untuk selalu mengklaim sebagai aliran islam paling baik dan benar dalam mendakwahkan islam. Merasa paling sesuai dengan alqur'an dan as-sunnah yang diteladankan oleh gusti Kanjeng Nabi Muhammad saw. Bahkan, tak jarang menyerang segala bentuk pemahaman yang dianggap tidak sejalan.
Dalam praktek keagamaan dan keberagamaannya golongan ini sangat mudah membid'ah dan mengafirkan. Tak heran jika kemudian perjuangan dakwah Salafi Wahabi di masyarakat selama ini, selalu mendapat kecaman dimana-mana. Kalau suatu faham atau aliran dibantah satu-dua orang, itu biasa. Mungkin atas dasar iri, tidak suka, atau sentiment. Tapi jika yang membantahnya adalah ribuan ulama dan itu mayoritas, apalagi dari berbagai negara, madzhab dari masa ke masa, maka ada tanda tanya besar yang perlu dipertanyakan. Ada apa dengan Salafi Wahabi? Kenapa digugat ulama sejagad?
Perlu anda ketahui, bahwasanya selain kerasnya yang menonjol golongan ini terkenal dengan pemahamannya terhadap al-qur'an dan hadis yang letterleg (tekstual) dan menafikan arti majazi (makna kiasan). Padahal al-qur'an dan hadis itu mengandung makna tersurat dan tersirat. Sehingga, banyak ayat atau hadis yang artinya mereka serupakan (tasybih) secara hakiki antara Allah dengan makhluk-Nya. Kemudian, kalau diamati lebih mendalam aliran ini sangat keras melawan yang namanya ajaran tashawwuf, tawassul, tabarruk (pengambilan berkah), permohonan syafaat, ziarah kubur, majelis-majelis dzikir dan masih banyak lagi yang lainnya.
Islam itu terlalu luas untuk dipahami oleh segelintir orang. Islam sangat toleran, dan moderat. Penyampainya sendiri harus memiliki kadar keilmuan yang luas, luwes lagi mendalam. Tidak bisa kalau hanya berpandu terhadap satu ulama saja. Berbagai referensi ulama harus kita pelajari agar dalam praktek keagamaan dan keberagamaan kita tidak bermata kuda. Hal ini  yang tidak di ajarkan oleh kaum Salafi Wahabi terhadap pengikutnya. Pengikut Salafi Wahabi hanya di doktrin untuk berpegang terhadap fatwa ulama sesama Salafi Wahabi. Ini yang menyebabkan kaum salafi berislam layaknya robot tanpa ada unsur hati. Naudzubillah
Menyaksikan rentetan fenomena ini membuat Syaikh Idahram bergejolak hatinya. Dengan latar keilmuan yang mumpuni ia berusaha untuk mengupas tuntas apa itu Salafi Wahabi? dan bagaimana sepak terjangnya? Maka lahirlah buku fenomenal ke tiga dari Trilogi tentang Salafi Wahabi “Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi, Mengenal dan mengkritisi penyimpangan tokoh-tokoh utama mereka” sebagai kelanjutan dari 2 buku sebelumnya yang laris manis dipasaran. Diterbitkan oleh Pustaka Pesantren dengan ketebalan 338 halaman. Ditulis secara ringkas, jelas dan lugas serta pedas karena mengkritisi semua kerancuan dan penyimpangan-penyimpangan aliran Salafi Wahabi dan ulama-ulamanya, disertai pula gugatan ulama dunia dari berbagai generasi dengan bidang keilmuan yang berbeda.

Puisi-Puisi L.K. Ara





SUDUT JAKARTA


Masih ada sudut Jakarta
Yang sukar dilupa
Saat sinar senja
Berpendar diatas laut Jakarta
Dan kau tergesa berlari kesana
Menyaksikan keindahan tak terperikan

Lihatlah baris syair
Mengalir di atas  warna keemasan senja
Rasakan getar
Menggantikan gelisah dan risau
Melembutkan
Menyejukkan
Di suatu sudut Jakarta
Yang sukar dilupa

Setelah aku pergi
Kubayangkan kau masih disana
Menyulam syair diatas permadani emas
Merapikan yang terbengkalai
Sebelum hari usai

Sekali waktu bila kita ketemu
Kau sudah siap dengan sulaman itu
Dan aku mungkin masih termangu
Pada sudut yang sukar dilupakan itu


Banda Aceh, 15 Feb 2011

RENCONG TAK BERSARONG


Puisi dengan ratusan rencong tak bersarong
Telah digelar di ruang pameran
Orang-orang memandang heran
Seorang anak bertanya
Apakah rencong
Selalu tak bersarong

Disebuah dinding
Ada gambar mata air
Kerbau dan padi
Serta ada juga berdesakan
Pedagang dengan perut buncit

Didinding itu juga
Ada rakyat kecil
ada sawah kering
semua mati
ada sumur kering
mati
air susunya dihabisi

Puisi dengan ratusan rencong tak bersarong
Dengan mata berkilau
Mendekat gambar-gambar
Apakah ia dapat menahan sabar


Banda Aceh, 9/3/2011



PENYEBAR WANGI

Seorang yang kerjanya menyebar wangi
Di tanya mengapa ia menyebar wangi
Yang ditanya hanya diam

Dari hari ke hari
Ia menyebar wangi
Dari kampung ke kota
Kerjanya hanya menyebar wangi
Dari rumah kerumah
Ia menyebar wangi
Kepada anak dan orang dewasa
Ia menitipkan wangi

Dari mana kau mendapat wangi
Tanya seseorang
Yang ditanya hanya diam

Diambilnya daun
Dipetiknya bunga
Dikupasnya kulit kayu
Digalinya akar
Wangipun tersebar
Wangi  betambah tambah
Ketika diperciki embun
Wangi harum wangi harum

Esoknya ketika seseorang
Akan memberi hadiah kepada penyebar wangi
Atas jasanya selama ini
Seseorang menunjuk
Kearah orang ramai
Yang mengusung jenazah
Penyebar wangi
Ke kuburan

Seorang yang kerjanya menyebar wangi
Sudah memenuhi panggilan  Illahi

Banda Aceh, 2/3/2011

 L.K.Ara adalah sastrawan Asal Aceh


Tamak Sumber Keburukan


Ù…َا بَسَÙ‚َتْ Ø£َغْصَانُ دُÙ„ٍّ Ø¥ِلاَّ عَلىَ بِدْرٍ Ø·َÙ…َعٍ
Tidak bertunas dahan-dahan kehinaan, kecuali karena benih-benih ketamakan

Dinul Islam tidak pernah mengajarkan pemeluknya menjadi hina. Tidak satu pun kalamullah dan hadis Nabi saw yang mewartakan mengenai hal itu. Sebaliknya, Allah dan rasulNYA hendak mengangkat manusia dari kehinaan. Pun pula, al-qur`an dan al-hadis memberikan banyak pedoman dan tips yang sangat strategis, agar siapa saja yang mengamalkan dengan benar lagi lurus hidupnya tidak hina.
Guru kita, Syaikh Ibnu Atha`illah asy-Syakandari r.hu, melalui nasehatnya di atas mengingatkan kita. Demikian hal itu pernah diingatkan Allah dan rasulNYA. Supaya kita tidak menjadi manusia yang tamak. Rakus. Merebut hak orang lain. Lalu, diambil begitu saja secara sombong lagi penuh arogan. Orang yang berperilaku seperti itu hidupnya tidak akan merasakan kemuliaan. Justru yang didapatkan adalah kehinaan. Hidup serba terhina.
Tamak. Sungguh penyakit hati yang sangat membahayakan pemiliknya. Orang yang berhati tamak. Pasti memiliki perilaku tamak. Rumah tangganya pasti rusak. Bahkan, negara menjadi rusak karena dipegang dan dijalankan pemerintahan oleh orang-orang yang berhati tamak.
Perhatikan kehidupan di sekeliling Anda. Rusaknya darat, laut, dan udara. Hancurnya pendidikan. Carut-marutnya perpolitikan. Terjadinya monopoli dalam perdagangan. Dan, masih banyak yang lain, yang menjadikan kehidupan masyarakat tidak: Sehat; Sejahtera; dan Bahagia (SSB). Semua itu akibat lahirnya perilaku tamak.
Korupsi merajalela. Disebabkan, ketamakan para koruptor. Akibatnya, bangsa tersebut menjadi hina di mata bangsa-bangsa lain.
Kapitalisme dan materialisme adalah dua benih yang dapat melahirkan seseorang yang meyakininya menjadi tamak. Yang pasti orang yang mengidap penyakit kapitalisme dan materialisme. Seenaknya sendiri dalam mengumpulkan modal dan materi. Hanya berpikir buat diri sendiri. Egoisme. Ananiah. Tidak menghiraukan orang lain.
Celakanya lagi. Sekarang ada penyakit baru, yaitu neo-liberalisme. Bagi orang yang terkena penyakit sadis ini. Dia berpaham, bahwa hidup ini harus selalu beruntung secara materi dan modal semakin menumpuk, sekalipun tidak memiliki modal. Pokoknya maunya untung terus. Cara apapun ditempuhnya. Persis seperti yang dilakukan bangsa Cromagnon dan keturunannya hingga detik ini.
Bagi seorang mukmin muslim. Apabila bibit-bibit tamak terasa mulai ada. Cepat-cepatlah melakukan riadlah. Olah batin. Latihan jiwa. Jiwanya dilatih. Latihan yang terpusat pada kesehatan dan kekuatan jantung. Di samping secepat kilat mencari nasab darahnya. Sehingga dapat belajar sejarah dan perjuangan para leluhur. Yang salah ditinggal dan dibuang jauh-jauh. Yang baik lagi benar. Cocok dengan qur`an, hadis, dan ilmu pengetahuan. Diamalkan dengan semangat: Triple I: Rukun Iman; Rukun Islam; dan Laku Ihsan.
Semangat pengamalan Triple I dengan dasar bermurah hati dan cinta. Semata mengharapkan ridlaNYA [ ]